35. Pengakuan

6K 534 31
                                    

Mohon tinggalkan jejak vote komen ya terimakasih

Part ini sedikit nguras emosi 

HAPPY READING

35. PENGAKUAN

Zayn terdiam lama, hingga ia memandang arah Arlan dengan sungguh-sungguh. 

"Iya, gue pelakunya." 

Rega, Nauval dan Karel melotot kaget mendengar ungkapan Zayn. Sementara Arlan berdecih. 

"Zayn?!" Rega butuh penjelasan. 

"Eih! Lo gak mungkin ngelakuin itu, kan Zayn?" Nauval menganga tidak percaya.

Karel terdiam sambil memandang Zayn yang menatap arah bawah. 

"Gue bakal tanggung jawab," lirih Zayn.

Rega dan Nauval saling memandang dengan bingung. Zayn bercanda!

Zayn memandang Arlan yang kini berdecih. "Bagus kalau lo ngaku. Tapi label bajingan udah gak lepas dari lo!" maki Arlan. 

"Gue mohon sama lo, kembaliin Gege ke teman-temannya, dia gak salah," pinta Zayn. 

"Memang dia gak salah," sengit Arlan, berdecih.

"Zayn, jelasin sama kita, lo bercanda, kan?" tanya Nauval.

Zayn mendelik tajam ke arah Nauval dan yang lain. "Gue bakal tanggung jawab!" 

Bahu Nauval mendadak lemas seketika. Rega yang tadi duduk tegak, kini terhempas ke punggung kursi. Karel hanya bersikap tenang, namun ia tak kalah terkejut. Sementara Arlan kini sudah beranjak dari markas. Ia merasa muak bila harus berlama-lama dalam satu ruangan yang sama dengan si bajingan itu. 

Rega memandang kosong sambil menggeleng. Zayn tidak mungkin melakukannya. Ia bahkan tidak percaya dengan ucapan Zayn sendiri. 

Zayn hanya mendesah frustasi kemudian beranjak dari tempat itu. Nauval mengelus bahu Rega, berusaha membuatnya merasa lebih baik.

***

Zayn berada di pinggir jembatan yang terdapat danau seorang diri. Tangannya bertahta di pembatas jembatan. Ekspresinya cukup frustasi. Ia menyesali yang terjadi. Ia tidak seharusnya bertindak begitu. 

"ARGHHHHH!!!!!!" Zayn berteriak melampiaskan emosi yang sejak tadi dipendam. 

Kanya, gadis yang begitu Zayn cintai. "Maafin gue, Nya." Mata Zayn mulai berkaca-kaca. Perlahan, air matganya mengalir begitu saja disusuli tangisan Zayn.

Tangan Zayn mencengkram lebih erat pata pembatas jembatan. "Maafin gue, Kanya," lirihnya semakin menjadi. Air mata Zayn semakin tumpah. Bahunya terguncang. Ia memejamkan mata erat, tidak akan membiarkan air matanya keluar lagi. Namun begitu membuka mata. Air matanya tetap tumpah. 

Entahlah, Zayn merasa frustasi sekali. Tidak menyangka semuanya akan begini. "ARGHHHH!!!! ARGHHH!!!!" 

Beberapa menit Zayn menangis di sana, ia memutuskan untuk mnengakhirinya. Begitu membalikkan badan dengan bekas air mata yang tidak diseka, ia terkejut mendapati sosok Loveetta berdiri setengah meter di belakangnya. Zayn ternganga. 

"Loveetta? Sejak kapan lo di sini?" 

"Sejak tadi." Loveetta memandang khawatir pada Zayn. Ya, ia ada di sini sejak Zayn tidak lama tiba. Namun ia tidak sempat mendengar Zayn menyebut nama Kanya. 

"Kok lo bisa di sini?" Zayn terlihat cemas, apa Loveetta mendengar semuanya? Ia tidak siap menceritakannya. 

"Tadi gue chattan sama Nauval, sekalian gue tanyakan keberadaan lo. Tapi dia bilang gak tau lo ke mana setelah dari markas. Gue pikir lo di sini, ternyata benar."

REVAZKAR (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang