1.

261 38 15
                                    

-- 11:30 AM --
Keringat bercucuran tanpa henti, kemeja kerjanya sampai basah. Ia terus berjalan dibawah terik matahari, melangkah cepat supaya ia tidak kepanasan.

"Gara-gara cafe dekat kantor tutup, aku harus berjalan beberapa blok hanya untuk makan siang. Sial, pasti jam istirahatku bakalan singkat nih." ia berbicara sendiri sambil menyeringai kesal.

Wajar apabila ia mengeluh soal waktu yang sudah di manage namun hal mendadak tiba-tiba merusaknya. Biasanya ia selalu pergi ke cafe yang letaknya sangat dekat dengan kantor—sebelahan, loh. Tapi sekarang ia mesti jalan kaki untuk datang ke resto cepat saji yang lumayan jauh.

Setiap pekerja, karyawan, ataupun pegawai pasti diberi hak untuk beristirahat. Siang hari mereka gunakan untuk mengisi perut supaya di jam kerja selanjutnya tetap fit. Disinilah ia mulai cemas sekaligus gelisah.

"Perutku sudah keroncongan, dan waktuku sudah mepet sekali." gumamnya ditengah jalan.

Ia berhenti sejenak, memutar pandangannya ke beberapa bangunan—berharap setiap bangunan itu adalah kendaraan penjual roti atau eskrim. Ah, akibat perut lapar jadinya ia tidak fokus hingga berkhayal berlebihan.

"Aku mesti cepat, kalau tidak.. waktuku akan habis secara sia-sia." kemudian ia kembali berjalan, mencoba 'tuk menahan lapar demi restoran yang cukup jauh.

________________________________
.

.
THE CASE
•• Written By ©Wibukun ••
.

.
________________________________

Lama mengantri ternyata malah membuat perutnya semakin keroncongan, ia berdiri dalam barisan sambil memasang wajah lesu. "Sial.. kenapa antrian ini sangat panjang? Kenapa aku harus menunggu lagi cuma buat makan siang? Ugghhh... perutku...." kesekian kali ia mengeluh.

Meski begitu, ia tidak mau antriannya sampai terpotong. Karena itulah ia tetap berdiri diantara tamu yang lain.

"Apa kau dengar berita tadi pagi?" tiba-tiba orang didepan malah ngobrol.

"Oh, kasus itu, ya?" temannya membalas.

"Benar, aku jadi ragu kalau polisi tidak bisa bekerja dengan baik. Penjahat itu masih berkeliaran, loh."

"Setiap malam aku selalu berdoa agar aku tidak jadi korban selanjutnya."

"Mudah-mudahan saja, ya."

Obrolan mereka berakhir sampai disitu, secara tak sadar antrian justru sudah semakin pendek. "Hampir saja antrianku kepotong. Cih, gara-gara orang itu.. aku jadi melamun."

Kini ia tidak perlu menahan lapar lagi karena ia telah memesan satu Hot Dog ukuran jumbo. Tak segan-segan ia memakan itu, tapi ia tidak bisa makan didalam dikarenakan semua meja sudah penuh.

"Lagi-lagi aku makan berdiri seperti ini. Tahu begitu mending aku pesan dua biar bisa kubawa ke kantor." ia mengeluh lagi, berdiri diluar seraya memperhatikan antrian yang kembali penuh. "Huft... tidak mungkin aku mau berbaris disana, cuma bikin kesal saja."

Oke, tak ada waktu untuk berkeluh kesal. Saat ini—detik ini, yang mesti ia lakukan hanyalah menyantap Hot Dog itu. "Yup, kayaknya lezat~" ketika roti sosis campur mayonaise itu hendak masuk ke mulut, secara tiba-tiba........

"Permisi. Aku mau nanya alamat." seorang wanita seksi dengan tubuh aduhay berdiri dihadapannya. "Maaf, apa aku mengganggu?"

Hot Dog tersebut pun tidak jadi disantap.
Dengan rasa jengkel + malas ia menjawab... "Kemana kau akan pergi? Aku tahu semua alamat, jadi tanyakan saja padaku." walaupun malas meladeni orang asing, tetap saja ia tak bisa mengabaikannya.

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang