7.

103 28 11
                                    

"Fuuuhh~~" asap rokok menyembur, mengenai wajah Silvanna yang baru saja beres mandi. "Hm, ketika wanita mandi ternyata cukup memakan waktu, ya."

"Menyingkirlah, Granger. Aku mau mengambil pakaianku, dan kamu harus tunggu diluar." walau jengkel, Silvanna tetap memberanikan diri.

"Kenapa aku mesti keluar? Ini ruanganku, kamarku. Kau bisa tidur karena aku, mengerti?"

Perlahan-lahan Silvanna menggernyitkan dahi sehingga urat-urat pun seketika muncul. Ia merapatkan giginya lalu berseru sekeras mungkin—"AKU INI MAU GANTI BAJU! CEPAT KELUAR DAN HARGAILAH AKU SEBAGAI WANITA!"

Gubrak!
Dan pintu kamar langsung terutup rapat, Granger akhirnya berdiri diluar seraya menunggu Silvanna selesai. Well, kelihatan jelas si cowok dingin ini lagi nahan emosi.

"Hmph, suami bukan, pacar juga bukan. Seenaknya ngomong dihadapanku setelah aku mandi, memangnya siapa dia? Cuh!" didalam kamar, Silvanna mengoceh-oceh tanda amarah tak dapat lagi ia kontrol.

Ia mulai mengambil satu set pakaiannya, kemudian melepas handuknya dengan wajah yang masih kesal. Terus-terusan ia memikirkan bagaimana menahan emosi supaya bisa mengontrolnya demi Granger, tapi apalah daya bila sudah begini rasanya ia sendiri tidak bisa lagi diam 'toh kalau dibiarkan sudah keterlaluan namanya.

"Akan kupastikan pintunya sudah kukunci! Lihat saja, kamu tidak mungkin bisa mengintipku, Granger!" gumam Silvanna berjalan ke arah pintu. Hohoho~ keknya dia kepedean.

"Yosh, sudah aman." akhirnya pintu telah ia kunci, dan ia bisa berganti pakaian tanpa cemas.

Kalau aja Granger buka tuh pintu sebelum di kunci, pastinya bakal ngeliat Silvanna telanjang sih. Soalnya kan si Silvi udah lepas tuh anduk. Yah, tapi Granger gak mungkin ngelakuin hal konyol, 'toh pria itu tetap berdiri di depan pintu sambil nunggu Silvanna selesai.

Heee~ nurut juga lu tong.

Terhitung lumayan lama untuk menunggu seorang wanita dandan, Granger mulai mengambil satu batang rokok—ini.. kedua kalinya ia menghisap rokok tersebut, tanda 'menunggu' itu sangatlah membosankan.

Ia menatap arlojinya, "Pukul 7. Kira-kira aku dan Silvanna akan tiba di kantor polisi sekitar jam 8. Sialan, wanita selalu saja merepotkan." akhirnya Granger juga ngoceh.

Tak lama kemudian...
Ctrek.
Suara kunci pintu terbuka, Silvanna sudah selesai, dan kini ia tampil seperti biasa. Pakaian yang sama, gaya rambut yang sama, wajah dengan make up yang sedikit, dan.. parfum yang tak begitu wangi. "Aku siap. Ayo pergi ke kantor polisi." ucapnya sok serius.

Namun Granger masih diam diri ditempat, posisinya tidak berubah, ditambah hisapan rokoknya makin dalam sampai-sampai tarikan nafasnya sungguh terdengar.

"Granger, ayo per—"

"Fuuuhhhh~~~" lagi-lagi pria ini menyemburkan asap rokoknya didepan muka Silvanna.

Uhuk-Uhuk!!!
Tentunya Silvanna langsung terbatuk-batuk. "Mukaku ini sudah dibalut oleh make up, Granger!"

"Sebelum kita berangkat, alangkah baiknya kita cari tempat untuk sarapan." tanpa menatap wajah Silvanna, Granger berkata seraya berjalan meninggalkannya.

Seketika pula terdengar suara perut keroncongan. Ah, memalukan.. Silvanna sampai tidak fokus kalau ia pun ternyata lapar. "T—Tunggu aku!" cepat-cepat ia mengunci pintu kamar dan berlari menyusul Granger.

________________________________
.

.
THE CASE
"Chapter 7"
.

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang