24.

68 9 6
                                    

"Sesungguhnya dia adalah wanita yang baik hati, tapi secara pribadi sekarang aku tidak bisa melihat lagi kebaikannya."

"Apa ada masalah?"

"Hmm, kurasa tidak juga, cuma saja dia pernah membahas obrolan menarik kepadaku."

Dahi Silvanna langsung berkerut tanda makin penasaran, kemudian ia bertanya, "Obrolan seperti apa? dan apa yang dia bahas sampai kamu menyebutnya menarik?"

Bane pun menjawab, "Tak jauh dari obrolan pada biasanya jika wanita sedang meng-gosip—apa lagi kalau bukan masalah laki-laki."

Beberapa detik Silvanna terdiam tanpa berpikir, ini sudah jadi hal lumrah dikalangan para wanita, dan obrolan semacam itu pasti sering terjadi dalam setiap kehidupan.

"...Apanya yang menarik?"

Nah, jika ditanya demikian sudah dipastikan kalau Bane pun tidak mau membocorkan aib orang lain. Akan tetapi bila dipertanyakan lebih lanjut... sepertinya Bane juga sedikit tidak keberatan.

Sebelum menjawab pertanyaan Silvanna, Bane menoleh ke arah Balmond yang tengah duduk, "Keluarlah sebentar, aku ingin bicara empat mata dengannya." ia berkata seraya menyuruh.

Balmond berdiri tanpa berkata apa-apa, ia menuruti sembari berjalan ke pintu keluar. Pada akhirnya didalam kamar hanya ada Silvanna dan Bane saja, tak ada siapapun lagi selain mereka berdua.

"Mungkin agak nyeleneh kalau aku memberitahukanmu aib ini, terhitung Freya yang kukenal sekarang agak lebih kejam."

"Selama tidak ketahuan tidak apa-apa, aku akan menutup mulut." rasa penasaran kian meningkat, Silvanna semakin kepo.

________________________________
.

.
THE CASE
"Chapter 24"
.

.

Story Copyright ©Wibukun
________________________________

"FREYA!" suara lantang dari jauh terdengar samar, tetapi ia tetap mendengarnya, suara panggilan dengan nada khawatir.

"Pria itu meneriakimu daritadi, kenapa kau tidak kunjung bangun, Bitch?" dan pandangannya masih terhalang oleh manusia serigala, sosok seram itu berdiri tegap walau tubuhnya penuh luka. "Baru kulempar satu kali sejauh 25 meter tapi kau sudah tepar, inikah polisi elit yang hebat itu?"

Jujur...
Freya sudah tidak bisa apa-apa. Pertama kali ia diserang dengan cara di cengkeram pada bagian wajah, kekuatan Roger bukan main-main, apalagi kuku tajam itu sampai merobek kulit mulusnya.

Dalam keadaan terdesak seperti ini tak ada lagi yang dapat Freya lakukan, namun Freya tetap tersenyum meremehkan, ia menunjukkan ekspresi bahwa dirinya sama sekali tidak takut mati.

"Polisi... Elit... tetaplah...." ucap Freya sambil terbata-bata. "....Manusia biasa..."

"BEGITULAH PERKATAAN SESEORANG YANG BERADA DI AMBANG KEKALAHAN." Roger ternyata menimpal secara keras, berseru sehingga air liurnya mengenai wajah Freya. "Aku tidak terima. Aku mau bertarung lebih lama dengan seseorang yang mengaku dirinya kuat! Polisi Elit—Apakah sebenarnya mereka lemah, hah?!"

Freya tak menjawab, ia tidak punya tenaga untuk membangkitkan tubuhnya sendiri, bahkan ia pun tidak sanggup menggerakkan mulutnya lagi. Namun ekspresi yang Freya pasang tetap menyebalkan dimata Roger.

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang