"Aku berusaha merahasiakan kondisi mataku selama bekerja, tapi bukan berarti aku tidak mau menunjukkannya, aku cuma..."
"Kebiasanmu lah yang membuat kami tidak paham sama sekali." dengan cepat Layla memotong. "Lihat, aku dan Detektif Silvanna justru tidak terlalu peduli terhadap matamu, justru yang jadi pertanyaan adalah kenapa makan harus buka kacamata? Dah tau sendiri kalau kak Saber gak punya mata."
"A—Ah, benar.. sudah jadi kebiasaanku. Terlebih aku tidak memikirkan orang-orang yang mungkin merasa jijik oleh tampangku."
Well, pertemuan antara Saber, Layla, dan Silvanna tidaklah begitu penting. Namun mereka datang kemari tentu untuk menjenguk Granger, disisi lain Silvanna juga masih tidak boleh membiarkan si Detektif Menengah sendirian di rumah sakit bersama Manhunter.
"Aku dan Layla belum masuk, kami tidak tahu bagaimana kondisi Granger saat ini. Jadi Silvanna.. apa dia baik-baik saja?" kemudian Saber bertanya dan membahas topik utamanya.
"Kalau Granger baik-baik saja dia tidak mungkin dirawat di rumah sakit, bodoh."
Yah, mendengar jawaban dengan nada sinis dari Silvanna membikin Saber mengeluarkan sedikit keringat. Entah mengapa ia malah mengira kalau wanita itu lagi PMS.
"Dengar-dengar ada polisi elit yang membantu usaha kalian, benarkah?" kemudian Layla bertanya seraya penasaran.
Benar, pembahasan kali ini akan lebih tertuju pada satu polisi elit bernama Freya, ditambah waktu yang tepat untuk memperjelas semuanya dihadapan Saber. Silvanna ingin mengetahui hal ini lebih detail, maka dari itu... "Selain mengurus banyak dokumen dan bekerja di kantor, kau dan Johnson masih satu regu. Mustahil kau tidak mengenal siapa Freya—Aku dan Granger tidak diberitahu bahwa dia mempunyai tujuan lain."
"Apa? Apa ini?" tiba-tiba si Layla kebingungan, atmosfer disini berubah jadi serius.
"Aku tidak paham apa yang kau bicarakan, Silvanna. Ada benarnya aku memang mengenal Freya, tapi aku tidak tahu apa yang dia rencanakan." jawab Saber berlagak santai.
"A—Anu, kok auranya jadi mencekam begini? Tolong jangan membahas obrolan yang tidak aku mengerti." si Layla masih bingung, tapi Saber dan Silvanna mengabaikannya.
Nah, Silvanna akan menduga bahwa Saber pasti sulit 'tuk diajak kerja sama. Pria tersebut tidak akan bicara jujur, oleh karena itu Silvanna tetap berusaha mendapatkan jawaban.
"Polisi Elit adalah polisi berpangkat tinggi yang membentuk kelompoknya sendiri, mereka tidak bekerja atas perintah departemen. Apa kau mau kugali sedalam mungkin, Saber? Jangan pikir aku tidak tahu apa-apa mengenai Polisi Elit." kata Silvanna.
Disitu Saber hanya tersenyum, lalu ia menjawab, "Sepertinya ada informasi yang bocor, ya—tentang kebenaran dibalik Polisi Elit."
________________________________
..
THE CASE
"Episode 26"
..
Story Copyright ©Wibukun
❗PICT HANYA PEMANIS❗
________________________________Beralih ke rumah sakit, kita diperlihatkan oleh dua orang yang tidur di ruangan yang sama—Freya dan Granger. Kondisi setelah bertarung melawan Roger dan Jhin tidak begitu baik, Freya babak belur, tubuhnya penuh dengan luka yang sudah di perban. Sementara itu Granger tertidur pulas dengan kondisi fisik yang hampir mirip, luka paling fatal berada di kakinya.
Freya menolehkan pandangannya ke kanan, terlihat sosok Granger tanpa ada pergerakan sedikitpun. Ia jadi tahu harus berbuat apa dalam situasi seperti ini, tapi ia ingat kata-kata Rafaela bahwa dirinya tidak bisa apa-apa selain berbaring.
"Kalau benar kamu penjahatnya..... Apa yang mesti aku lakukan? Haruskah aku membunuhmu, atau.. memasukkanmu ke jeruji besi, Granger?" Freya bergumam seraya bertanya pada diri sendiri.
"Ada saatnya dimana aku merasa menyesal menjadi polisi elit, mengingat dulu aku yang sangat lemah dan tidak berguna. Aku pun memutuskan untuk berada di kelompok S.A.B.E.R—tentu tugasnya berat-berat. Jadi... kalau bisa aku mau misi ini adalah misi terakhirku. Aku akan menyelesaikannya."
Perlahan-lahan Freya bangkit meski kesakitan, ia duduk di sisi ranjang pasien yang keras. Tatapannya tidak beralih dari sosok detektif yang tengah tertidur.
"Oleh karena itu aku..." sambil berbicara sendiri Freya mulai turun, kedua kakinya menapak dilantai ruangan yang dingin. "...Aku akan mengungkap jati dirimu, Granger. Aku tidak bisa berlama-lama lagi. Inilah saatnya."
Ia melangkah pelan-pelan, sekujur tubuhnya terasa sakit setiap kali bergerak. Freya menahan nyerinya demi menghampiri Granger, sampai pada akhirnya ia berdiri di hadapan pria itu, Freya menatap wajahnya secara tajam—penuh pertanyaan dan penuh rasa penasaran. Jauh dalam hatinya ia ingin tahu siapa "Granger".
"Aku pernah merasakan ini, waktu aku belum menjadi polisi, hanya seorang wanita tanpa impian, laki-laki itu datang kepadaku sambil menanyakan hal yang tidak penting. Melihat wajahmu malah mengingatkanku padanya, Granger."
Berjuang keras menopang tubuhnya sendiri agar bisa berdiri lebih lama, nyatanya Freya tidak kuat. Perlahan-lahan ia hilang keseimbangan sehingga jatuh dan mendarat di dada bidang Granger—si detektif tidak terbangun, dan Freya pun langsung tersenyum, "Hangat..."
Namun secara tak sadar Freya merasa bahwa debaran jantung Granger tiba-tiba menjadi cepat, sehingga ia lebih beraksi lebih dalam. Freya tidur diatas tubuh Granger, menempelkan telinganya seolah-olah debaran tersebut merupakan melodi yang merdu.
Disisi lain, di tengah Granger yang masih tertidur pulas akibat efek obat mulai membayangkan sesuatu. Bayangan wanita yang tak kelihatan jelas, namun ia dapat mengetahui siapakah sosok yang dilihatnya.
"Silvi..."
Ya, Granger bermimpi.
Dan aksi Freya mempengaruhi mimpinya hingga Granger melihat Silvanna kecil yang lugu nan menggemaskan. Kehangatan mimpi ini tidak pernah ia alami, maka dari itu Granger merasa nyaman."Lihat boneka saljuku, lebih hebat darimu, 'kan? Ahahaha~"
"A—Aku tidak bisa sepertimu, setiap kali salju ini kubentuk malah semakin hancur." wajahnya bersedih.
"Oh, tak apa. Sini biar aku bantu."
Tiga....
Ada tiga anak-anak....
Siapa anak terakhir yang ingin membantu?
Siapa?
Siapa?
Didalam mimpinya Granger tak bisa melihat begitu jelas, hanya bayangan samar-samar sehingga ia tidak punya petunjuk sama sekali."Itu aku dan Silvi saat bermain di pekarangan waktu musim dingin. Anak itu..." ia memperhatikan.
"Nah, selesai~ bagus, 'bukan?" si anak terakhir berbicara riang gembira.
"Ya! Bagus dan hebat!" terlihat Silvanna juga langsung semangat.
Tapi pada saat Granger kecil hendak bicara.. tiba-tiba muncul sosok bayangan wanita. Well, itu adalah Silvanna dewasa, ia berjalan menghampiri Granger lalu berbisik... "Ada alasan kenapa aku tidak pernah mau membahas masa lalu, karena aku tahu kau akan mengingat dia lagi. Jadi lupakanlah, lebih baik kita hidup bersama tanpa ada dia."
Mimpi itu berakhir dengan mata yang terbuka, Granger akhirnya terbangun, merasa berat dibagian dada karena Freya tidur diatas tubuhnya. "Be..rat.. sulit.. bernafas..." Granger bergumam pelan.
BERSAMBUNG
🚫 DILARANG COPY PASTE TANPA IZIN 🚫
KAMU SEDANG MEMBACA
♦️ THE CASE
FanfictionGranger, adalah pria (24) yang menjaga loyalitas dalam bidangnya. Ia merupakan seorang detektif kelas menengah yang sudah memecahkan banyak kasus selama 5 tahun, didampingi oleh salah satu rekan terbaiknya bernama Silvanna. Meski Granger sudah berpe...