5.5

165 31 36
                                    

-- 4 Jam Yang Lalu (21:30 PM) --
Pistolnya dipegang kuat-kuat dengan satu tangan, memasuki tempat gelap tanpa lampu atau penerangan sedikitpun—Gedung tua, dan rapuh. "Insting detektif selalu akurat. Jadi keluarlah sebelum aku menembakmu." sorotan tajam mengarah pada seseorang yang sedang bersembunyi dalam bayangan.

Penjahat itu keluar dengan senyuman lebar, "Tidak kusangka kau berhasil menemukan markasku, atau.. kau memang sudah tahu?" ia pun berkata seraya terkikik pelan.

"Cukup, aku tidak akan berkata panjang lebar. Sekarang bawa aku padanya."

"Apa yang kau bicarakan? Ucapanmu sama sekali tidak sopan. Oh, aku tak suka itu..." namun si penjahat tetap tersenyum lebar seolah-olah ia sedang gembira.

Ah, bukan itu.
Ia tersenyum karena memang sudah kebiasaan, terlebih pula.. senyumannya gak ada manis-manisnya. Malahan kek psikopat 'toh emang dia psikopat goblok!

Beberapa detik mereka saling diam.
Penjahat tersebut terus-terusan tersenyum, sedangkan pria dingin yang memegang pistol ini tetap stay cool dan kalem.

Selang beberapa saat..........
Sehelai perban melayang ke arahnya secara perlahan, pertanda buruk apabila benda itu berhasil mengecohnya. Meski demikian, sepasang bola mata sedingin es ini tak mudah 'tuk dikelabui.

Walau begitu... sekali kedip saja—dalam sekejap si penjahat menghilang dari pandangannya. Ia berdiri tepat di belakang sambil bersiap-siap menyerang. Kecepatan apa itu? Tidak, selain cepat juga si penjahat bisa melompat dengan gaya yang unik.

Kedua tangan tersebut memanjang dan melingkar, beradu dengan gravitasi untuk mencengkeram tubuh sang detektif.

________________________________
.

.
THE CASE
"Chapter 5.5"
.

.

©Wibukun
________________________________

"Bergerak akan kutembak." Granger berkata dengan nada mengancam, menempelkan pistolnya di leher sang Gentleman Thief.

"B—Bagaimana bisa..."

DOR!
Ia benar-benar menarik pelatuknya, namun meleset secara sengaja. "Apa kau tidak dengar aku? Kubilang bergerak akan kutembak."

"Tapi aku—"

DOR!!!
Granger menembaknya lagi. Dua kali meleset. "Bergerak akan kutembak." ia mengulangi perkataannya.

Well, serangan Khufra barusan mudah untuk dihindari. Tak segan-segan sang detektif menggunakan teknik khusus untuk menghindari cengkeraman mematikan darinya. Alhasil beginilah yang Khufra dapatkan—di todong pistol tepat di leher.

"Kau adalah orang bodoh yang tak mengerti ucapanku. Aku bilang jangan bergerak, tapi kau tetap menggerakkan mulutmu untuk berbicara. Jika kau bergerak lagi.. tembakkan ke tiga tidak akan meleset. Aku berjanji."

Seketika keringat Khufra bercucuran, agak gemetar bila berhadapan dengan seseorang yang lebih kejam dari dirinya. Akhirnya Khufra mengerti bahwasanya banyak sekali orang baik yang memiliki peluang besar untuk menjadi pembunuh hanya karena sisi gelap dari sebuah sifat.

"Pria dingin sepertinya cocok sekali menjadi penjahat. Entah kenapa pancaran aura itu sampai menusuk tubuhku hingga merinding. Haha~ hebat.. inikah detektif terkenal yang sering dibicarakan? Ah, beruntungnya aku." batin Khufra berkeringat.

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang