11.

94 23 26
                                    

Ujung-ujungnya Silvanna menulis laporan beserta dokumen penting sesuai perintah Granger, dan pria dingin itu langsung pergi tanpa menghadap Johnson terlebih dahulu. Dengan kata lain.. Granger lari dari tanggung jawab.

Tch, ternyata lelaki gak bisa pegang omongannya.

"Yang sabar, ya, Silva..." bujuk Saber.

Kerutan dahi Silvanna tidak berhenti keluar, ia benar-benar sangat kesal sampe ke tulang. Walau begitu ia terus menggerakkan tangannya untuk menyelesaikan laporan tersebut.

"Anu... Kalau tidak keberatan, aku bisa bantu, kok." Layla yang merasa tidak enak mulai berbicara.

"Bantu?" jawab Silvanna kemudian, wajahnya kelihatan sangat marah.

"Hiikkkhhhh!" tentu Layla langsung ketakutan. "Serem-serem-serem-sereeeeem!!!!"

Sebenarnya sih Silvanna sama sekali tak keberatan bila pekerjaannya di permudah, ia cukup senang saat Layla berusaha membantu. Tapi sayang banget bahwa laporan-laporan ini cuma bisa dikerjakan oleh Silvanna seorang.

"Aku menghargai kebaikanmu, Layla. Kalau saja laporan ini bersifat umum mungkin kau bisa membantu. Tapi kau itu tidak turun ke lapangan." kata Silvanna.

"Itu benar, Layla. Tugas ini cuma Silva yang bisa mengerjakannya. Lagipula laporan ini sangat penting, kau tidak boleh asal tulis." sambung Saber.

"Hmm, baiklah."

Demikianlah Saber dan Layla meninggalkan ruangan, mereka tidak mau mengganggu Silvanna, dan berharap kalau laporan tersebut dapat di selesaikan hingga tuntas.

Sementara itu, Silvanna meneruskan pekerjaannya sambil memikirkan perkataan Granger. Tak habis pikir ternyata cowok itu malah lari dari tanggung jawab, juga Silvanna penasaran dengan apa yang sedang ia lakukan diluar sana—"Apanya yang urgent? Apanya yang urusan penting? Menurutku itu cuma omong kosong, Granger bodoh." Silvanna bergumam, manyun-manyun sendiri.

________________________________
.

.
THE CASE
"Chapter 11"
.

.

©Wibukun
________________________________

-- Disuatu Tempat --
Seseorang berjalan tanpa suara, langkah kakinya begitu sunyi. Ia terus berjalan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, sorotan mata semerah darah itu terlihat mencekam seolah-olah ia sedang mencari.. mangsa.

Tak ada peralatan yang ia bawa selain koper berwarna hitam mengkilap.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, ia pun berhenti sejenak. Nah, ia berjalan mondar-mandir begitu supaya menarik perhatian, tentu ia punya tujuan tersendiri.

"Bos sudah menunggu Anda, beliau ingin Anda membawa barang sesuai permintaan." orang berdasi muncul seraya membungkuk.

Tanpa menjawab, ia pun menatap koper tersebut. Sudah tentu isi didalam koper itu adalah sesuatu yang menarik.

"Maaf, tuan. Mungkin saya tidak berhak mengatakan ini. Tapi.... masker yang Anda gunakan terlihat.. norak." orang itu malah meledek.

Meski begitu ia tetap diam tanpa merespon.

"Ah, saya sungguh minta maaf! Baik, kalau begitu mari kita bergegas, tuan."

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang