38.

102 5 12
                                    

"Kenapa kau terlihat gelisah begitu? Apa yang terjadi, Ixia?" temannya bertanya, Beatrix.

"...." Ixia mondar-mandir dengan muka penuh keringat, kemudian ia menjawab, "Aku pikir aku baru saja berhadapan dengannya."

"Hm? Siapa yang kau maksud? Apa orang itu adalah pembeli?"

"Ya, dia baru saja membeli alat rahasia kita. Dari semua pembeli yang tercatat di daftar, cuma orang-orang tertentu yang mengetahuinya."

"Oh, kalau begitu kau mestinya kenal dia, 'kan? Tapi rasanya melihat reaksimu... sepertinya dia bukan orang yang ada dalam daftar, huh?" Beatrix menduga.

"Itu dia!" secara cepat Ixia memegangi bahu Beatrix, membikin temannya ini spontan kaget. "Itu dia, Beatrix! Justru karena dia tak ada di daftar, maka ini semua akan jadi masalah!"

"S—Sebenarnya.. apa yang dia beli?"

Namun Ixia langsung mengabaikan pertanyaan Beatrix, ia kembali mondar-mandir sambil memegangi dagunya. "Alat itu.. cuma dia yang tahu, karena aku pernah menjalin kontrak dengannya. Tapi apakah benar dia orangnya? Aku.. ragu."

Melihat temannya terus-terusan gelisah membuat Beatrix jengkel, itulah mengapa ia mulai bergerak mencoba 'tuk menenangkan Ixia. Beatrix berkata... "Aku tidak mau situasi ini menjadi negatif, walaupun toko kita illegal, bukan berarti kita tidak bisa bebas begitu saja. Jadi kau harus tenang, kita harus bisa membiasakan diri, Ixia."

"Kau... benar." akhirnya Ixia mulai sedikit tenang. "Kalau begitu aku mau ke toko sebelah dulu."

"Eh? Mau apa?"

"Beli kopi dan camilan, aku mesti menjernihkan pikiranku, karena yang kualami siapa tahu saja cuma kebetulan." Ixia pun bergegas, membiarkan Beatrix sendirian di dalam toko.

"Tidak mungkin dia orangnya, karena aku sangat kenal bagaimana cara dia berbicara—dalam dan penuh ancaman. Tapi orang yang baru saja kutemui.. sama sekali tidak seperti itu. Ah, aku mulai capek...."

_________________________
.

.
THE CASE
"Chapter 38"
.

.

Story Copyright ©Wibukun_________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Story Copyright ©Wibukun
_________________________

-- Di Cafe Pinggir Kota --
Baru saja mendapatkan meja dan duduk berdua bersama Granger, Silvanna sudah serius mengotak-atik ponsel barunya, ini pemandangan wajar ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang baru, terutama "Handphone".

Karena Granger tahu tak akan ada gunanya bila ia bertanya, maka dari itu Granger inisiatif langsung memesankan Silvanna "Vanilla Latte" beserta "Sandwich".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang