Ruangan interogasi diselimuti oleh atmosfer dingin nan mencekam, Granger duduk berhadapan dengan satu kriminal bernama Khufra. Posisi dimana seorang penjahat sudah dalam pengawasan ketat tak bisa lagi berbuat apa-apa kecuali menjawab segala pertanyaan yang nantinya diberikan.
"Pertanyaan pertama, Mumi." ucap Granger serius, ia menatap bola matanya. "Kupastikan satu hal terlebih dulu—Kau harus jujur dan jawab dengan singkat."
Disitu Khufra cuma mengangguk.
"Dari catatan yang telah kubaca, setiap tindak kriminalmu masuk dalam kategori penculikan, penipuan, serta hipnotis. Bilamana aku berkehendak, maka aku bisa memberimu dua pilihan." lanjut Granger berbicara.
Masih belum ada pertanyaan, jadi Khufra masih diam sambil mendengarkan.
"Baiklah, pertanyaan pertama. Apa kau berkomplot dengan orang luar seperti Mafia.. atau Gangster?"
"...Tidak."
"Begitukah?" namun Granger mencoba memancing. "Aku tidak terlalu yakin atas jawabanmu, Mumi. Aku pernah berurusan dengan para koruptor, dewan, bahkan mafia. Sedikit kudapatkan, tapi info yang kuterima sudah cukup bahwa kau sempat mengajukan diri."
"Setidaknya—"
"Tutup mulutmu, aku belum memberikanmu pertanyaan lagi." Granger memotong seraya menatap dingin Khufra.
Seketika Khufra pun langsung terdiam.
"Kuberi kau dua pilihan, antara dihukum.. atau disidang? Jika tidak mau repot, aku sarankan lebih baik kau mengambil pilihan pertama, yaitu dihukum."
"Apa bedanya di hukum dan di sidang? Persidangan justru dilakukan untuk memilah konsekuensi yang nantinya kuterima. Hasilnya akan sama saja, ujung-ujungnya aku akan kena hukuman." Khufra menjawab cepat.
"Lumayan pintar walaupun kau hanya keroco kelas teri." kata-kata Granger sama sekali bukan pujian sehingga Khufra kesal.
Sempat diam beberapa detik, Granger mulai berdiri sambil memasukkan lembaran-lembaran yang berisi laporan tentang Khufra. Kemudian ia berkata... "Karena aku bukan orang yang suka buang-buang waktu. Aku juga tidak mau memberimu waktu cuma untuk memilih—Hari ini sudah kuputuskan kalau kau akan disidang."
"Ya, itu lebih baik. Kalaupun aku memilih dihukum.. hasilnya akan sama saja. Kau mempermainkanku, Detektif."
Granger melangkah ke arah pintu keluar. Ia berbicara lagi, "Berhubung isterimu di interogasi oleh rekanku, maka jangan kaget bila konsekuensinya bakal lebih berat. Interogasi ini tergantung dengan jawaban kalian berdua. Kau paham, Mumi?"
Sosok detektif kelas menengah telah meninggalkan ruangan. Khufra duduk dengan lesu sambil menatap ke bawah, merenung, dan memikirkan cara agar bisa keluar dari situasi seperti ini. Jauh dalam hatinya justru Khufra lebih mengkhawatirkan Esmeralda.
________________________________
..
THE CASE
"Chapter 9"
..
©Wibukun
________________________________Beralih ke pintu ke-dua, disinilah Silvanna menginterogasi Esmeralda.
"Catatan kriminalmu terhitung sangat banyak. Dan setiap daftar disini.. kau melakukan pemerasan dengan cara....."
"Dengan cara apa, huh?" Esmeralda memotong sinis.
"Aku belum memberimu pertanyaan, kau tidak berhak menjawab apalagi menyela ketika aku bicara." yah, Silvanna menyeringai sambil menahan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
♦️ THE CASE
FanfictionGranger, adalah pria (24) yang menjaga loyalitas dalam bidangnya. Ia merupakan seorang detektif kelas menengah yang sudah memecahkan banyak kasus selama 5 tahun, didampingi oleh salah satu rekan terbaiknya bernama Silvanna. Meski Granger sudah berpe...