25.

67 7 9
                                    

-- Rumah Sakit BioMedic --
Tiga hari berlalu setelah pertarungan itu berakhir. Berakhir? Hm, kurasa belum saatnya jika disebut akhir. Bertepatan dengan hari libur nasional, Granger dan Freya menjalani perawatan di rumah sakit yang dikelola oleh satu orang ternama, yakni Rafaela.

Oke, kenapa Rafaela bisa disebut orang ternama? Nah~ selain ahli dokter, dia juga masih termasuk ke dalam anggota Kepolisian, terutama Polisi Elit (S.A.B.E.R)—Pekerjaannya tak cuma merawat pasien, namun ia juga sempat ikut ke medan pertempuran dalam suatu kasus.

"Agak miris melihatmu babak belur seperti ini, kurasa kamu mesti ambil cuti sejenak." ucap sang dokter, siapa lagi kalau bukan Rafaela.

Freya terbaring dengan tubuh yang dibalut oleh perban, luka-luka itu benar-benar serius sehingga dirinya di wajibkan menjalani rehab mulai minggu depan.

"Aku..." sesaat Freya hendak bicara, ternyata Rafaela langsung memotong.

"Misi untuk mengungkap identitas siapa Granger sebenarnya bukan hal yang mudah, selain itu kamu malah masuk ke pertarungan yang menurutku sia-sia. Kamu tidak mendapatkan hasil apapun, lihat lukamu, hanya itu hasilnya."

"Ambisiku sebagai polisi elit dalam memecahkan suatu kasus telah kujadikan prioritas utama. Aku juga belum punya satupun bukti kalau Granger benar-benar pelakunya, tapi..." Freya berhenti sejenak.

Mendengar ocehan Freya yang tiada artinya, Rafaela langsung menggernyitkan dahi sambil memasang wajah agak sebal. Ia berdiri dan membuka tirai disebelah—memperlihatkan kepada Freya bagaimana kondisi Granger sekarang ini.

Pria itu berbaring dengan mata terpejam, sesungguhnya Granger tengah tertidur. Kalau saja perbincangan barusan dapat didengar olehnya, maka Granger mungkin akan bertindak cepat, tapi sayangnya.. untuk melakukan itu adalah hal yang mustahil, sang detektif mendapati luka tembak di kakinya, dan untuk sementara Granger tidak dapat menjalankan tugas seperti biasa.

"Dia tepat di sebelahmu, hanya terhalang oleh tirai. Jika kamu benar-benar ingin menguak siapa dia sebenarnya, maka inilah waktu yang tepat." kata Rafaela membuka peluang.

Kedua mata Freya melebar, mulutnya sedikit menganga. Dan perkataan Rafaela memang ada benarnya, tapi.. Freya juga sadar bahwa ia tak bisa melakukan itu.

Kenapa?

"Ekspresi wajahmu tidak mencirikan kalau kamu siap melakukannya, benarkan?" Rafaela menduga.

"Kamulah dokternya, kamulah yang merawatku, pastinya kamu tahu seperti apa kondisi tubuhku. Mustahil untukku bergerak turun dari ranjang."

"Dan aku berbicara seperti itu supaya kamu melupakan ambisimu untuk sementara waktu. Kalian berdua sama-sama penegak keadilan, itu yang aku bisa katakan, dan kamu.. sudah berjuang keras, Freya."

"Penegak keadilan? Dia?" langsung saja si Freya merasa tak terima. "...Kamu menyebut dia penegak keadilan?"

"Entah intuisimu benar atau tidak jika Granger adalah seorang buronan, tapi untuk saat ini apa yang aku lihat darinya hanya seorang detektif kelas menengah, itu saja."

Akhirnya perbincangan berakhir dengan kepergian Rafaela, dokter itu kembali bekerja dan membiarkan Freya beristirahat. Jujur saja tiga hari ke belakang merupakan hari-hari yang Freya anggap cukup tidak memuaskan, walau demikian ia tetap yakin bahwa Granger bukanlah orang baik-baik, karena dari itu.. ia harus cepat-cepat bertindak sebelum terlambat.

"Awas saja kau, Granger. Aku akan mengungkap identitasmu, kamu tidak bisa lari dariku." kemudian Freya bergumam seraya menyorotkan tatapan tajam ke arahnya.

________________________________
.

.
THE CASE
- Chapter 25 -
.

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang