19.

67 15 25
                                    

-- Pusat Kota (22:45) Crab Bar --
Tiada tempat dimalam hari yang nyaman selain bar, menenangkan, dan damai. Bar seperti ini sangat jauh berbeda dengan tempat-tempat hiburan, karena bar masih termasuk "cafe & resto"—tidak seperti Klub Malam atau Diskotik. Well, setiap bar memiliki ciri khas masing-masing, namun tidak dengan menu utamanya, yaitu Alkohol Berkelas.

Terdapat tiga orang yang duduk satu meja, diatas meja itu ada dua botol Anggur Merah dengan kadar alkohol diatas rata-rata, yakni 75%. Tentu melihat nominal itu pastinya membikin siapapun enggan 'tuk meminumnya. Lalu kenapa dibeli? Nah, ada alasan mengapa minuman keras tersebut berada diatas meja.

"Polisi...." suara orang (tamu) mulai berbisik-bisik, memperhatikan seorang wanita pirang yang duduk bersama dua detektif. "....Kenapa polisi datang kesini..." para tamu masih berbisik.

"Diamlah, jangan buat kegaduhan, karena wanita itu merupakan polisi elit terkenal." tamu lain disebelahnya juga ikut berbisik. "...Pelankan nada bicaramu."

Meski mereka berbisik-bisik, tetap saja suara kecil mereka dapat terdengar secara jelas. Akan tetapi si polisi elit ini tidak mau ambil pusing dan langsung mengabaikan mereka, ia duduk dengan elegan, menuang anggur merahnya kedalam gelas khusus wine.

"Apa kau tidak canggung ditatap oleh banyak orang?" tanya Granger pelan.

Setelah meneguk habis, ia pun menjawab... "Hm, sudah biasa. Mereka saja yang terlalu lebay, padahal diwaktu libur aku sering mampir kesini." sesungguhnya ia berkata sambil tersenyum.

"Mereka itu sungkan kalau kamu masih memakai seragam polisi, setidaknya ganti dulu pakaianmu." dibalas oleh Silvanna.

"Oh, benar juga. Kebetulan.. hari makin hari aku merasa kalau seragam ini malah semakin sempit. Kurasa ide bagus jika aku melepasnya."

Tanpa pikir panjang ia berdiri seraya membuka risleting seragam yang ia kenakan—"OEEYY!" sontak, Silvanna kaget bahwa polisi elit itu tidak tahu malu.

Boink ~
Seketika pula payudara super jumbo menyembul keluar, memperlihatkan betapa putih nan mulusnya kulit yang dimilikinya.

"FREYYYAAAA! TUTUP DADAMU!" yah, maka Silvanna ikut berdiri dan berusaha menahannya. Niat mau nutupin risleting itu ujung-ujungnya malah ngeremes susu si Freya. "Hiikkkhhhh! kok kenyal banget....?!"

"Ahahahaha~" namun Freya hanya tertawa, remasan Silvanna juga ia hiraukan. "Aku masih pakai bra, tenang saja. Lagipula kau tidak keberatan juga, 'kan, Granger?" sorotan matanya berpindah, memasang ekspresi genit dihadapan si Detektif.

Langsung saja Granger bersikap sok cool sambil buang muka—"Tidak sama sekali." yang padahal hidungnya sampai mimisan.

________________________________
.

.
THE CASE
"Chapter 19"
.

.

©Wibukun
________________________________

Pada akhirnya mereka bertiga bersulang, meneguk minuman keras dengan kadar alkohol yang sangat tinggi. Nah, Granger tahu kalau Silvanna tidak akan kuat bila meminum itu, dan Granger telah memperingatinya.

Yah, seperti yang kalian tahu, pasti Silvanna tidak mau diremehkan. Hasilnya.. ya begini...

"BODOH... DIA ITU BODOH!!" teriak-teriak gajelas. "...BERLAGAK KEREN PADAHAL CUPU... NGENTOT!"

Tak perlu ditanya, dan tak perlu bingung juga. Teriakan Silvanna sudah pasti adalah keluh kesahnya, dan Granger tahu siapa orang yang dibicarakan.

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang