17.5

67 16 17
                                    

Beralih sejenak dan berfokus pada Granger, disini kita akan melihat kilas balik saat Granger pergi karena sesuatu yang katanya urgent—itu sebabnya ia menyerahkan tanggung jawabnya kepada Silvanna untuk menulis laporan atas penyelidikan. Kini kita akan melihat bersama-sama urusan penting apa yang dimaksud olehnya.

Ia memarkirkan mobil di depan Toko Barang Antik, Granger masih berdiam diri didalam sambil memperhatikan sekitar. Hal pertama yang akan ia jadikan pelajaran penting sebagai detektif adalah "mengamati". Tak segan ia menunggu lama hanya untuk mendapatkan sebuah petunjuk.

Tak lama kemudian ia pun turun dari mobil dan membuka bagasi, Granger mengambil satu tas unik yang kelihatan mirip seperti biola. "Aku sudah lama mempersiapkan ini, dan keputusanku sudah bulat." gumamnya sambil menjinjing tas tersebut.

Ada alasan mengapa ia mengambil barang milik departement, tentu Granger masih belum mempunyai izin, maka dari itu ia tidak punya hak untuk menggunakannya.

Walau begitu Granger tetap bersikeras, tak peduli ilegal atau tidak. "Anak penyakitan? Bodoh, beritanya sudah tersebar luas semenjak kekacauan terjadi di rumah sakit waktu itu. Yang aku bisa katakan hanyalah... kau lebih ceroboh dari yang aku duga, Jhin." Granger berkata sendiri, lalu mulai berjalan pergi.

________________________________
.

.
THE CASE
"Chapter 17.5"
.

.

©Wibukun
________________________________

Hujan turun dengan deras, membasahi jalan setapak serta gedung-gedung diseluruh penjuru kota. Malam ini Granger berada di apartement, ia berhadapan dengan si tukang bersih-bersih, seorang wanita berambut oranye bernama Fanny. "Apa yang dilakukan detektif terkenal disini?" tanya Fanny sedikit heran.

Granger tidak mengatakan banyak hal apalagi terkait penyelidikan. Ia cuma memberikan semacam peringatan pada Fanny bahwasanya apartement ini sudah tidak aman lagi. Akan tetapi Fanny pun tidak bertanya. Well, seperti yang kalian tahu kalau si Fanny gak mau ember soalnya udah di ancem sama Jhin, namun sayang sekali raut muka Fanny dapat ditebak dengan mudah.

"Kau tak perlu menutupinya dariku, karena wajahmu kelihatan jelas sedang berbohong." ucap Granger biasa saja.

"B—Bohong? tidak, tidak.. aku tidak bohong. Disini baik-baik saja dan sama sekali tidak ada masalah. Percaya padaku, Mas Detektif!"

"Terserah, lagipula tidak ada gunanya kau berlagak bodoh dihadapanku. Aku hanya memperingati—Apabila kau masih kekeh disini tidak ada apa-apa, maka kau tidak sayang pada nyawamu."

Dalam sekejap ekspresi Fanny berubah drastis, keringatnya bercucuran dengan sangat banyak. Pada saat ia hendak berbicara, Granger pun memotong cepat, "Pulanglah, apartement jelek ini akan kuurus seorang diri. Tak ada lagi yang bisa kau lakukan selain tidur. Lupakan ancaman yang dia berikan padamu, karena aku akan mengatasinya." sorotan mata dingin Granger malah mengingatkan Fanny terhadap sosok Jhin.

Entah mengapa kedua kaki Fanny langsung lemas, ia tak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Fanny terkulai di lantai sambil berusaha berdiri, tetapi tak bisa. Secara reflek nan spontan ternyata sepasang bola mata Granger tidak jauh beda dengan Jhin—disaat itulah Fanny benar-benar tak berdaya.

"Tunggu apalagi? cepatlah berdiri dan pergi darisini. Apa kau dengar aku?"

"Ma—Maaf, tapi kakiku...."

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang