Waktu belum berganti, Granger dan Silvanna masih di departemen. Hal menarik berpicu pada dua orang yang baru saja Granger lihat dalam Blacklist. Disisi lain, Silvanna pun telah mendapatkan petunjuk dari jawaban yang diberikan Miya.
"Berjalan lancar, kah?" tanya Granger masih sinis, melihat juniornya keluar dari ruang interogasi.
"Setidaknya aku mendapat sebagian petunjuk kecil. Sisanya.. aku masih belum tahu."
"Kalau begitu kita harus segera menemui saksi mata, kebetulan juga aku punya firasat menarik."
"Menarik? Apa kamu mendapatkan sesuatu?" Silvanna malah penasaran.
"Sebut saja begitu." namun Granger membalas secara acuh, ia berjalan melewati Silvanna dan bergegas.
Beberapa saat Silvanna berpikir 'firasat' apa yang Granger maksud, tapi seberapa keras ia berpikir justru kepalanya malah semakin pusing. Sejujurnya pria itu sedikit sulit 'tuk ditebak. Yah.. mungkin ini cuma persepsi Silvanna saja, toh ia sendiri masih belum mengerti pola pikir seorang detektif.
"Ah, Granger." sosok polisi yang berdiri didepan pintu bergumam, melihat detektif itu berjalan menghampirinya.
"Malam ini aku mau menjalani tugas terkait laporan yang diberikan. Kau tahu maksudku?" kata Granger kepada si polisi bernama Saber.
"Apakah informasi beserta laporan tertulisnya kurang lengkap?" maka dari itu ia bertanya.
"Bukakan saja pintunya, aku akan menginterogasi saksi mata itu."
"Um, baiklah." tanpa basa-basi, Saber pun membiarkan Granger masuk.
________________________________
..
THE CASE
©Wibukun
..
________________________________Setiba didalam, Granger diperlihatkan oleh sesosok anak kecil. Bocah itu duduk dengan ditemani dua anggota polisi. Awalnya Granger bingung siapa anak itu, tapi pada akhirnya ia tahu kalau anak tersebut merupakan saksi mata yang sudah melihat aksi kejahatan di kota sejak tadi siang.
"Kaukah?" tanya Granger memastikan.
"...Hm?" walau demikian, si bocah gak tau apa-apa sambil masang muka polos gitu. Lalu ia membalas.. "Apa disini tidak ada permen?"
"Akan kubelikan kalau kau bisa bekerja sama denganku. Jawab pertanyaanku dan jangan banyak ngeles, mengerti?" sikap beserta sifat Granger tetap tak berubah meskipun ia berhadapan dengan anak-anak.
Sementara itu, Silvanna yang tak ikut kedalam mulai mencari-cari informasi lainnya. Ia mengitari departement berharap mendapatkan jawaban yang telah ia kumpul menjadi satu. Banyak polisi berkata bahwa kasus siang ini adalah kasus yang sering terjadi dengan tingkat kejahatan yang minim. Namun, itu saja belum cukup.
"Sudah ke-empat kalinya, tapi kami belum bisa menangkap si penjahat." si polisi yang lagi PKL berkata, Layla.
"Empat kali ketahuan dan pihak polisi tidak bisa bergerak cepat? Apa kalian sengaja memberikan tanggung jawab kalian kepada detektif, huh?" ingin sekali ngegas, meski begitu Silvanna tetap mencoba tenang.
"B—Bukan, anu.. aku tidak tahu apa-apa. Aku nih masih magang."
"Kau tidak berhak berkata demikian jika bisa beralasan seperti itu. Cabut saja badge ini dan lepas seragammu!" yah, pada akhirnya Silvanna terlanjur kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
♦️ THE CASE
FanfictionGranger, adalah pria (24) yang menjaga loyalitas dalam bidangnya. Ia merupakan seorang detektif kelas menengah yang sudah memecahkan banyak kasus selama 5 tahun, didampingi oleh salah satu rekan terbaiknya bernama Silvanna. Meski Granger sudah berpe...