6.

218 28 41
                                    

-- 05.30 AM --
Kelopak matanya bergerak, mengerjap-erjap dan berusaha keras untuk melihat. Granger merasa sedikit sakit pada bagian punggung—Barulah ia sadar bahwa ia tidur di keramik dengan telanjang dada. "HoAmMmM~~" layaknya orang yang baru bangun, Granger menguap, mengkucek matanya dan saat ia menyamping.......... dalam sekejap ekspresi wajahnya bereaksi terhadap sosok wanita cantik bak bidadari sedang terlelap.

Bidadari?
Eh, bukan-bukan. Jelas bukan, tidak mungkin bidadari tidur di lantai sambil mengenakan tanktop putih polos.

"Hnngggghh~" wanita itu pun mengerang seraya meregangkan badan. Akhirnya sepasang bola mata berwarna biru terpancar—menyorot ke arah Granger dengan wajah yang sayu. "Selamat pa.....KYAAAAAAHHHH!!!!!"

Mungkin karena reflek mendengar dia berteriak, tubuh Granger langsung merinding disko.

"A—Apa yang kamu lakukan, HENTAI?!"

Phak!
Ya, wanita yang dimaksud adalah Silvanna. Dan sekarang ia menampar pria dingin itu secara tak sengaja.

________________________________
.

.
THE CASE
"Chapter 6"
.

.

©Wibukun
________________________________

"Kenapa kau menamparku, bodoh?!"

"M—Maaf, aku tidak sengaja..." jawabnya sambil membuang muka karena malu.

"Jam segini sudah membuatku emosi. Astaga, kau ini kenapa? Dan lagi kenapa kau malah tidur di lantai bersamaku, hah?"

Well, siapa sangka Silvanna tuh sama sekali gak inget kalau dia sendiri yang milih buat tidur sama-sama. Pas bangun baru inget gitu gengs, biasalah kek drama sinetron alay.

"Aku.. tidak bermaksud, Granger. Entah kenapa badanku bergerak sendiri, mungkin saja aku ngelindur." katanya cari-cari alasan.

Sambil memakai baju, Granger pun membalas, "Dasar, sampai sekarang aku masih belum paham terhadap pola pikir seorang wanita. Sudah kuberi kenyamanan supaya kau tidur di kasur, tapi malah bertindak seenaknya. Apa kau tidak tahu berterimakasih? Cih."

Padahal ya Silvanna cuma gak enak ngeliat Granger tidur di lantai, makanya dia ngikut karena Silvanna pikir.. itu adalah jalan satu-satunya biar Granger paham apa yang sedang Silvanna pikirkan. Eh si Granger malah ngomong begitu ya sekarang mood Silvi anjlok lah.

"Maaf." satu ucapan keluar dari mulutnya, Silvanna benar-benar sedih.

Seketika permintaan maaf tersebut menggetarkan hati Granger sesaat, ia melirik ke arahnya sambil memasang muka kecewa—kecewa pada diri sendiri. Maka dari itu.. "Lupakan, kau tidak salah apa-apa." Granger mengatakan hal yang mustahil ia katakan.

"Ya, terhitung aku bisa melihat belahan dada Silvi.. aku pikir tidak seharusnya aku marah kepadanya. Sebaiknya aku lebih peka, deh." kemudian hatinya berbicara.

Beberapa menit kemudian, keadaan semakin membaik. Granger sedang mandi, sedangkan Silvanna masih duduk di sisi kasur sambil menunggu. Sesungguhnya pria itu tidak membiarkan Silvanna mandi terlebih dulu, kan gak gentle gitu lurd.

"Daripada bengong—mending kau buatkan aku kopi." sambil keramas Granger berseru.

Namun Silvanna tidak mendengar, mungkin karena suara shower di dalam sana agak keras kali ya. Jadi ia pun masih duduk lesu sambil menatap langit gelap di pagi hari.

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang