Mereka sama-sama bertukar air liur, rasanya panas terhitung AC didalam mobil tidak dinyalakan, akan tetapi ciuman itu tak berlangsung lama.
"Sudah berakhir," ujar Granger sembari menatap wajahnya, memasang mata yang terbilang tajam.
"Huh?" tentu ucapan tersebut membuat Lesley terheran-heran. Maka dari itu ia pun bertanya, "Ada apa? Apa kamu takut terlambat? Masih ada waktu 15 menit sebelum rapatnya dimulai, loh."
Sebelum menjawab, Granger membenarkan posisi duduknya, ia merapikan kerahnya, juga memandang ke depan jalan. Sekian detik dirinya terdiam, barulah Granger berkata... "Hubungan kita diluar kantor hanya sebatas rekan, dan kamu adalah Asistenku. Jadi kurasa.. kita tidak harus melakukan ini lagi." sesungguhnya ia bicara sambil membuang muka.
Ya, itu benar.
Mereka berdua cuma sebatas rekan, tidak lebih. Namun ada banyak hal serta kejadian yang sudah mereka alami, oleh karena itu Lesley tahu kalau Granger akan berkata seperti itu."Aku bukan wanita yang bisa diajak oleh pria-pria lain. Dan aku mau bersamamu karena suatu alasan. Aku tidak mau menjadi pacarmu, juga aku tidak mau berurusan dengan yang namanya cinta." Lesley membalas.
Lalu meneruskan... "Granger, apa kamu pikir aku ini mencintaimu?"
"Tidak." ternyata dibalas cepat. "Tidak pernah berpikir demikian. Lika-liku kehidupan orang dewasa sangatlah luas dan membingungkan, dan aku terjebak di tengah-tengahnya."
"Nah, aku pun sama sepertimu. Lihat lagi masa lalu ketika kita remaja—bersekolah lalu menemukan cinta pertama. Itu menggelikan, tapi membikin kita tidak bisa melupakannya, iyakan?"
Granger cuma diam membisu, bukan karena memikirkan masa lalunya, namun ia sangat malas bila harus mengingat kenangan memalukan saat-saat remaja.
Disitu Lesley terus berkata, "Kita sama-sama muak dengan cinta. Kamu dan aku itu mirip, Granger. Sebagaimana kebanyakan orang dewasa, mereka tidak mau repot untuk berpacaran, mereka hanya butuh melepas hasrat setelah capek bekerja seharian. Kamu... tidaklah bersalah."
"Kata-katamu memang benar, orang dewasa lebih egois dari orang egois pada umumnya, terutama aku—pegawai kantoran. Disini aku berpikir keras bagaimana caranya agar aku bisa menjadi lebih baik, mau itu di tempat kerja.. atau.. di depan Silvi."
Lesley akhirnya terdiam seraya menunduk, ia tahu jawabannya, ia juga tahu solusinya. Akan tetapi ia tidak mau mengatakannya.
"Baiklah, intinya kamu ingin tampil lebih baik di depan Silvanna, 'bukan begitu?"
"Ya, karena itulah aku tidak mau bermain-main lagi. Kita sudahi hubungan ini, Lesley. Itu adalah ciuman terakhir untukmu."
"Oke," Lesley mengangguk setengah serius. "Ujung-ujungnya kamu lebih memilih jalan yang merepotkan."
Granger turun dari mobil sambil menjawab... "Untuk melepas hasrat itu memiliki banyak cara, tidak harus melalui sex. Mungkin... mulai dari sekarang aku mesti menebus dosa-dosaku. Perhatikan aku sejauh mata memandang, Lesley."
"...Apa yang mau kamu lakukan?"
Pertanyaan tersebut tak langsung dijawab, Granger menutup pintu mobil secara rapat. Ia berjalan pergi sambil berkata... "Aku akan bersikap lebih baik kepada Silvi. Oh, dan aku akan pergi duluan, terimakasih sudah mau ikut bersamaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
♦️ THE CASE
FanfictionGranger, adalah pria (24) yang menjaga loyalitas dalam bidangnya. Ia merupakan seorang detektif kelas menengah yang sudah memecahkan banyak kasus selama 5 tahun, didampingi oleh salah satu rekan terbaiknya bernama Silvanna. Meski Granger sudah berpe...