34.

44 3 5
                                    

"Jangan ganggu aku."

"Kenapa?"

"Aku tidak suka di ganggu."

"Tapi aku tidak mengganggumu."

"Kedatanganmu menggangguku."

"Tapi—"

"Aku lebih suka main sendirian daripada bersama orang lain. Pergilah."

Silvanna terbangun dari tidurnya, ia mengerjap-erjap sembari berpikir mengapa harus mimpi itu? "Kenangan masa kecil yang benar-benar membuat aku sakit hati. Mulai saat itu sikapmu berubah, Granger." Silvanna bergumam sambil menatap telapak tangannya. "Semenjak Ayahmu meninggal.. kau benar-benar berubah hingga sekarang. Kau yang sekarang terlalu.. dingin."

Berusaha melupakan masa lalunya supaya tidak bermimpi hal yang sama, Silvanna pun bangkit seraya berjalan ke dapur, membuka kulkas untuk mencari air dingin yang telah ia simpan.

"Bagaimanapun caranya aku harus bekerja lebih baik lagi. Lagipula aku tidak mau jadi babunya Granger." katanya sendiri. "Babu? Apa dia menganggapku babu? Hmmm.." Silvanna malah mikir.

Tidak, Granger tidak pernah menganggap kamu babu 'loh. Kamu terlalu berlebihan sampai bisa memikirkan kesana, Silvanna.

"Kurasa selama ini pekerjaanku belum ada yang harus di banggakan. Menjadi detektif sangat sulit sampai kepalaku pusing tujuh keliling. Ingin sekali berhenti..."

Entah mengapa sekarang kepalanya malah memikirkan Granger. "Sial.. kini aku kepikiran, ternyata kerja sama Granger itu cukup sulit. Tidak hanya menjadi detektif, justru untuk berbicara dengannya saja susah. Sekalinya ngomong bikin sakit hati, Granger sialan."

Silvanna duduk di kursi dapur dan masih kepikiran... "Tapi mungkin ada sisi positifnya bila aku terus di sampingnya, menjadi partner kerja bersamanya."

"Sekarang.. dia sedang apa, ya?"

________________________________
.

.
THE CASE
"Chapter 34"
.

.

©Wibukun
________________________________

"Tiba-tiba ada cewek menghampiri kita, tanpa waspada dia mendekat sambil berdiri gagah berani. Beritahu kami, siapa namamu, manis?" tanya Helcurt dengan ekspresi agak nyeleneh.

"Selena." jawabnya. "Aku datang kemari karena ada perlu dengan kalian, terutama kau, si badan besar." arah mata Selena tertuju pada Terizla.

Terizla yang tengah duduk di atas gentong raksasa pun mulai tersenyum remeh. Ia membalas.. "Aku tidak akan bertanya kenapa kau bisa masuk ke zona ini, namun aku penasaran dengan alasanmu menemuiku. Bisa kau jelaskan, nona?"

"Aku punya pesan dari orang yang katanya penting. Dia ingin aku menukar barang ini denganmu."

"Barang? Orang penting? Siapa yang kau bicarakan?" disini terlihat Terizla masih belum serius, wajahnya masih agak cuek.

"Maaf, aku tidak boleh menyebutkan namanya. Dia bilang kalau aku membantah.. kepalaku akan langsung meledak."

Tiba-tiba...
"Pffttt—" Helcurt mencoba menahan tawa. "BUAHAHAHAHAHA!!" lalu akhirnya terbahak-bahak.

"Meledak?! Hahaha~ kau pikir kami akan percaya? Lagipula siapa juga yang bisa menghancurkan kepala seseorang begitu saja? Apa dia menanamkan chip atau.. HAHAHAHA!!" sesungguhnya tawaan Helcurt menyebalkan.

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang