22.

147 6 16
                                    

Dengan mata kepalanya Freya melihat sosok Werewolf secara jelas, bagaimana tidak jelas 'toh manusia serigala itu berdiri tepat dihadapannya. "Malam yang indah, 'bukan begitu, Bu Polisi?" si werewolf bernama Roger membuka mulutnya yang dipenuhi air liur—senyumannya kian melebar.

Situasi sekarang ini benar-benar tidak mendukung untuk melawan musuh kuat seperti Roger, apalagi mafia itu telah merubah tubuhnya menjadi Manusia Serigala. Disisi lain, Freya pun tak dapat mengambil langkah cepat karena posisinya tengah merangkul Silvanna yang jatuh pingsan.

"Cih, kalau saja aku tidak berlebihan mungkin Silvanna bisa membantuku. Oh, sialan." kata Freya dalam hati sedikit menyesal.

"Betapa indahnya bila tubuhmu dilumuri darah, ketika aku melihatnya.. mataku tak bisa berpaling dari pinggul cantikmu." Roger bersuara lagi, ia memperkuat cengkeraman tangannya.

"A—Ah, aku tidak mau memikirkan itu, dasar jelek." meski Freya mengelak dengan keberanian, tetap saja dirinya gugup sampai keringat di dahinya keluar begitu banyak.

"Berhenti basa-basi, polisi elit sepertimu pasti tahu kalau aku adalah Mafia yang sudah menguasai banyak wilayah. Kekuasaanku tersebar luas, dan pastinya kau tahu kalau polisi elit pun tidak mungkin bisa mengalahkanku."

Keringat Freya semakin banyak sehingga membasahi wajahnya.

"Kita bisa bekerja sama, Manhunter ~ Kedatanganku kesini cuma untuk mencari tahu keberadaan seseorang—seseorang yang telah membunuh putri manisku."

Walau terbata-terbata, Freya tetap menjawab... "B—Berita itu s—sudah tersebar melalui media televisi dan sebagainya. P—Posisiku sebagai polisi pangkat tinggi justru untuk menemukan kebenaran soal kasus itu."

"Katakan saja, aku tidak akan memakanmu." disitu Roger tahu bahwa Freya hanya membelit-belit percakapan.

Namun pada saat Freya hendak memberitahu... seketika pula insting hewan Roger bergerak cepat, sang Werewolf menoleh ke belakang dan melihat satu pria yang berdiri tegap—wajahnya tertutup oleh siluet diakibatkan oleh cahaya bulan dimalam hari.

"Hoo~ aku mencium aroma darah dari tubuhmu." ucap pelan Roger meyakinkan.

Tanpa berkata apa-apa, pria tersebut mengeluarkan pistol ditangan kanannya, ia mengokangnya secara cepat, lalu berjalan perlahan-lahan menghampiri Roger si Werewolf.

"Bulan diatas sana akan sangat indah bila dilapisi oleh merah darah, 'benar begitu?" ia berkata sambil terus berjalan. Kali ini perkataannya dibarengi oleh mata merah yang sangat mencolok.

"Granger...." suara dalam dari Freya terdengar, jauh dalam lubuk hatinya ia langsung merasa aman.

"...Menarik, instingku tidak pernah bohong ataupun keliru. Indra penciumanku mengatakan kalau kau adalah orang yang aku cari." balas Roger seraya bersiap-siap bertarung.

Sebelum memulai pertarungan, Granger melirik ke arah Silvanna yang tak sadarkan diri. Tubuhnya babak belur sehingga Granger merasa kasihan, meski begitu ia tidaklah khawatir karena posisi Silvanna tengah dirangkul oleh Freya, setidaknya aman lah ya.

"Tolong ambilkan Death Sonataku di Bar, dua orang itu benar-benar merepotkan sampai aku di kurung di toilet." kata Granger kepada Freya.

Mendengar itu si Freya cuma berkedip-kedip, "Hah?" makanya ia bingung.

________________________________
.

.
THE CASE
"Episode 22"
.

.

©Wibukun
________________________________

♦️ THE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang