Silvanna berdiri menatap meja kerjanya, berdiri tegak dengan sorotan mata yang tajam. Kita sudah tahu ketika melihat wajahnya—Silvanna sedang marah.
"Oke, aku masih bisa tenang. Tapi seenggaknya aku tahu ulah siapa ini." kemudian Silvanna melirik ke arah Lesley.
Wanita berpenutup mata itu duduk sambil cuek, mencoba 'tuk mengabaikan kata-kata Silvanna. Meski begitu ia belum mau mengambil tindakan lebih lanjut karena sejujurnya Lesley tidak mau bercakap-cakap.
"Hey, aku berbicara padamu, Jalang!" barulah Silvanna benar-benar marah. "Tidak ada siapa-siapa di ruangan ini kecuali kamu! Bicara padaku atau kamu akan kena sanksi!"
Brak!
Gebrakan meja yang dilakukan Silvanna membuat peralatan-peralatan Lesley jatuh sebagian."Kamu mau bermain-main seperti anak kecil, huh?" Lesley membalas.
"Bukan soal bermain-main! Tindakanmu itu membuatku jengkel! Meja kerjaku berantakan karena ulahmu, maka aku tidak akan tinggal diam!"
"Bukan berarti aku bakalan kena sanksi. Aku tidak melanggar peraturan kerja."
"Apa?"
"Punya otak tolong dipakai, dasar amatir." Lesley malah meledeknya.
Kali ini Silvanna benar-benar kesal, bahkan telinganya kelihatan memerah saking geramnya.
"Soal meja yang berantakan, kotor, dan tidak rapi itu adalah masalahmu. Tidak peduli siapa yang mengotorinya 'toh yang punya meja harus tanggung jawab." kata Lesley.
"Ooh bicara soal tanggung jawab—Terhitung aku masih punya otak, makanya aku bicara padamu. Barang siapa yang mengacak-acak sesuatu, maka dia wajib bertanggung jawab!"
"Lalu? Apa aku yang harus membersihkan meja penuh sampah disana?"
"YA! BERTANGGUNG JAWABLAH, LESLEY!" teriak Silvanna.
Well, akhirnya Lesley berdiri, ia merespon seluruh keluhan Silvanna. Ia berdiri dihadapannya, menatap tajam wajahnya. Lalu ia berkata... "Di dunia kerja tidak ada yang enak. Kamu masih labil dalam hal pekerjaan, kelihatan jelas bagaimana kamu mengatur meja kerjamu. Melihatnya berantakan pasti membuat orang lain ilfeel, maka tak aneh bila ada orang yang tidak suka. Kamu—Kamulah yang harus membenahi sikapmu, mengerti?"
"Aku bekerja dengan baik! Senior lebih memilihku dibandingkan kamu!"
"Jangan bawa-bawa perasaan!" Lesley berseru. "Dia memilihmu karena kamu masih butuh didikan di lapangan kerja! Kamu hanya sekedar—"
"Baik, bisa jelaskan padaku kenapa kalian bertengkar?" tiba-tiba Granger muncul di ambang pintu sambil membawa secangkir kopi.
Namun kehadiran Granger diabaikan begitu saja, Silvanna masih menyeringai tajam, matanya saling adu tatap dengan mata Lesley Vance. "Sekedar apa? Katakan padaku."
"Hey, kalian!" disitu barulah Granger menaikkan nadanya.
"KATAKAN PADAKU!" dan Silvanna masih cuek sekaligus penasaran terhadap ucapan Lesley sebelumnya.
Keributan di dalam pun sampai membuat kepo pegawai yang lain. Beatrix dan Ruby penasaran apa yang terjadi di dalam sana.
"Kupikir ada masalah yang cukup serius." gumam Ruby ala-ala detektif. "Kita harus mencari tahu, Beati."
KAMU SEDANG MEMBACA
♦️ THE CASE
Hayran KurguGranger, adalah pria (24) yang menjaga loyalitas dalam bidangnya. Ia merupakan seorang detektif kelas menengah yang sudah memecahkan banyak kasus selama 5 tahun, didampingi oleh salah satu rekan terbaiknya bernama Silvanna. Meski Granger sudah berpe...