[Menu 11] Secangkir Teh Serai

1.4K 155 6
                                    

[11] Secangkir Teh Serai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[11] Secangkir Teh Serai

Kaira mengekor Mahesa memasuki lift. Ia tidak banyak bicara kala itu. Bahkan di lift, mereka berdua berdiri bersisian tanpa pembicaraan satu patah kata pun.

"Lho, Chef, kok balik?" April, chef yang bertugas pada shift sore heran melihat Mahesa kembali.

"Ada urusan sama Kaira," jawab Mahesa.

April melirik Kaira yang hanya mengendikkan bahu tidak tahu menahu.

"Masuk," ajak Mahesa.

Jantung Kaira mendadak berdegub. Masuk ke ruangan Mahesa? Tidak semua chef bisa masuk ke ruangan Mahesa. Berbeda dengan Jamal, Mahesa lebih tertutup. Jika tidak bersifat urgent, Mahesa lebih memilih berbicara dengan bawahannya diluar ruangan. Bisa dibilang, hanya Mario yang terlihat keluar masuk ruangan ini.

"Ke sini?" Kaira bingung.

"Iya, kenapa?"

Kaira menelan ludah.

"Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu, kalau itu yang kamu pikirin sekarang," seloroh Mahesa.

"Eh, bukan begitu, Chef! Aku..dipecat, ya?" Kaira memandang Mahesa takut.

Mahesa tertegun. "Kenapa kamu berpikir begitu?"

Kaira menggeleng ragu. "Kerjaku..buruk.."ia mengintrospeksi dirinya.

Mahesa memutar bola matanya. Ia membuka pintu ruangannya, membuka vitrase jendelanya agar terlihat dari luar. Bagaimanapun, berduaan dengan wanita dalam ruangan tertutup dapat menimbulkan isu yang meresahkan.

"Masuk dulu," ujar Mahesa sambil menahan pintu agar tidak menutup.

Dengan penuh kebingungan, Kaira pun masuk. Mahesa sama sekali tidak memberinya clue tentang apa yang ingin ia bahas.

"Duduk. Mukamu pucat," Mahesa menyuruh Kaira untuk duduk sementara dirinya merebus air dalam teko listrik.

Kaira menurut. Ini kali pertama ia menginjakkan kaki dalam ruangan atasannya sendiri. Cukup mengejutkan untuknya karena ruangannya sangat rapi, tertata, dan wangi. Di sudut ruangan, ada sebuah meja kayu. Diatasnya ada sebuah teko listrik, beberapa cangkir, kopi, teh, dan setoples berisi bumbu rempah. Di bawah meja, ada sebuah kulkas satu pintu. Seperti sebuah mini pantry!

Mahesa tidak mengatakan apapun selagi ia meracik minuman. Kaira pun tidak berani bertanya. Ia hanya memperhatikan Mahesa yang tengah memotong sebatang serai menjadi beberapa bagian. Ia kemudian memasukkannya ke dalam teko, mendidihkannya bersama air. Ia kemudian memasukkan tea bag ke dalam teko dan memeras sedikit jeruk nipis. Terakhir, ia menambahkan beberapa butir gula batu.

"Nih," Mahesa menyodorkannya pada Kaira.

Kaira pun menerimanya. Namun ia tetap tidak mengerti ada apa.

Yes, Chef! End - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang