Menu [47] Bicara
"Ah!" Mahesa tiba-tiba saja memekik di dalam ruangannya. Para Chef yang tengah menyiapkan bahan-bahan untuk prasmanan pertemuan penting di ballroom terkejut mendengar pekikan Mahesa.
Mario langsung bergegas menghampiri Mahesa. "Everything fine, Chef?" tanya Mario dengan tangan masih memegang handle pintu.
"Oh, sorry-sorry. Everything ok," jawabnya cepat saat tersadar. Beberapa Chef memandangnya dari luar jendela ruangannya, beberapa lainnya hanya melirik. Sikap aneh Mahesa beberapa waktu terakhir memang menyita perhatian mereka. Mulai dari kerap gusar, mondar-mandir tak jelas di waktu luangnya, menarik-membuang nafas berat berkali-kali, mengeluh dan bergumam sendiri, hingga melamun. Tentu saja sikap Mahesa yang seperti ini tidak mereka duga sebelumnya.
Mahesa meraih ponselnya. Setelah sekian lama, sebuah pesan masuk tanpa diduga. 'Kaira' jelas terpampang di bagian atas ruang obrolannya.
- Bisa ketemu Malam ini? Kalau Chef nggak sibuk
Mimpi apa bagi Mahesa setelah sekian purnama didera gundah gulana akhirnya Kaira mau berbicara dengannya.
- Bisa. Dimana?
Pesannya mungkin terlihat acuh tak acuh dan terkesan dingin tanpa ada tambahan emotikon ekspresi Mahesa saat ini, tapi sebenarnya, Mahesa sangat senang dan antusias menunggu malam datang.
- Café dekat toko? Kita ketemu disana
Mahesa tidak perlu berpikir panjang untuk langsung menyetujuinya. Ia takut jika menolak sedikit saja, mungkin Kaira berubah pikiran.
- Aku jemput?
Jantung Mahesa berdebar saat menulisnya, khawatir kalau-kalau Kaira tidak berkenan. Namun hati kecilnya, sebagai laki-laki, tentu tidak ingin Kaira berkendara sendirian di malam hari.
Pesan terbaca dengan status online tanpa balasan. Mahesa kamu bodoh! Mahesa langsung memaki dirinya sendiri. Ngelunjak! Makinya.
- Aku tunggu di toko
Mahesa tersenyum lega melihat balasan Kaira. Ia menutup ponselnya lalu menuju counternya. Ia berdiri, melempar senyum tipis sembari memandang para Chef yang bersiap memasak hidangan. Lagi-lagi, sikap aneh Mahesa, yang semula terasa gelap mendadak sumringah, semakin membuat para Chef bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Chef! End - Sudah Terbit
RomanceSebagai seorang Chef, perjalanan karirnya didukung oleh privilege yang melekat pada diri dan keluarganya. Sebagai seorang chef, ia tahu betul bagaimana kehidupan sebuah 'dapur' demi memuaskan 'taste' para pelanggan. Sebuah kesalahan sedikit saja, ka...