Menu 11 [Serpihan Kenangan Masa Lalu]
"Kamu kalau udah gede mau jadi apa?" sesosok anak berusia sebelas tahun duduk bertopang dagu sembari memandang anak perempuan di hadapannya. Diantara banyak sekali orang dewasa, hanya mereka berdua yang berusia belasan. Kala anak laki-laki itu berusia sebelas tahun, anak perempuan itu berusia sepuluh tahun. Penampilan mereka berdua modis. Anak laki-laki itu mengenakan setelan kemeja anak tertutup vest dengan dasi kupu di lehernya sedangkan anak perempuan itu mengenakan setelan blouse anak dengan rok tutu mengembang membuat anak perempuan itu tampak menggemaskan. Rambutnya pun diikat dua.
"Jual bunga," jawab anak perempuan itu polos.
Dahi si Anak Laki-laki mengerut. "Jualan bunga?"
"Bukan..bukan jual bunga yang begitu," seolah mengerti, anak perempuan itu segera membantah. "Yang bisa bikin begini," tunjukknya pada ornament bunga diatas meja makan malam mereka.
"Kamu suka bunga?" tanya si Anak Laki-laki.
"Suka," jawab si Perempuan.
"Kenapa suka?" tanya si Anak Laki-laki lagi.
"Bagus warnanya," jawab si Perempuan sembari tersenyum senang.
"Aku nggak suka," jawab si Anak Laki-laki. "Bunga itu..cewek banget. Masa cowok suka bunga," gerutunya.
"Emangnya cowok suka apa biasanya?" kini giliran si Anak perempuan bertanya.
"Mobil-mobilan. Eh aku punya banyak mainan mobil-mobilan lho! Ada yang besar juga! Pake remote control!" Pamernya sambil menggerakkan tangannya membentuk gambaran mobil yang tengah ia pamerkan.
"Kalau dirumah aku ada banyak bunga!" Si Anak Perempuan tidak ingin kalah. "Mama aku punya banyak sekali bunga warna-warni. Baunya wangi! Ada kupu-kupunya juga," ceritanya.
"Rumah kamu besar, ya?" tanya si Anak Laki-laki disambut anggukan si Anak Perempuan.
"Iya! Kamu bisa main mobil-mobilan di halaman rumahku. Tapi jangan kamu tabrak ya, tanaman Mama aku!" celoteh si Anak Perempuan.
"Abi, ayo pulang. Pamit dulu sama Kaira," obrolan mereka terputus setelah orangtua Abis datang menghampiri, mengajak putra mereka pulang.
"Kaira, aku pulang dulu, ya!" Abi menggenggam telapak tangan Kaira sesaat lalu pulang mengikuti kedua orangtuanya.
Kaira memandang Abi sambil menghela nafas panjang. Tanpa Abi, kini ia sendirian. Para orangtua masih sibuk membicarakan hal-hal yang tidak ia mengerti.
"Mama, ayo pulang," bosan, Kaira menghampiri Mamanya lalu menarik blouse bajunya.
"Sebentar ya, Kaira," ucap Mama lembut. "Mama selesaikan bicara dengan Om Hanum lalu kita pulang, ya?" Mama mencubit lembut pipi putrinya lalu kembali sibuk mengobrol dengan Om Hanum, kolega bisnis Kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Chef! End - Sudah Terbit
RomanceSebagai seorang Chef, perjalanan karirnya didukung oleh privilege yang melekat pada diri dan keluarganya. Sebagai seorang chef, ia tahu betul bagaimana kehidupan sebuah 'dapur' demi memuaskan 'taste' para pelanggan. Sebuah kesalahan sedikit saja, ka...