Preview Alternate Chapter 76. Gundah

191 15 0
                                    

Preview Alternate Chapter 76

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Preview Alternate Chapter 76. Gundah

Berkali-kali Mahesa menarik nafas panjang di dalam ruangannya. Tanpa terasa sudah setahun berlalu sejak mereka menjalani hubungan long distance relationship. Sebagaimana hubungan jarak jauh pada umumnya, sesekali mereka mengalami badai ringan dalam hubungan mereka.

Mahesa melirik undangan pernikahan yang baru saja datang. 'Can wait to see you Mahesa & Partner to our Wedding -Olla & Ferdi'. Ini adalah undangan pernikahan kesekian yang datang bulan ini. Mahesa belum lupa momen saat ia datang ke pernikahan seorang teman beberapa hari yang lalu.

"Mahesa!" sebuah sapaan terdengar kala Mahesa tengah menyesap segelas soft drink dari stall minuman. Saat itu, ia tengah menghadiri pernikahan teman sekolahnya, Arumi dan Affan. Ia datang sendirian tanpa pasangan disaat para teman-temannya hadir dengan pasangan dan anak mereka. Envy tentu saja Mahesa rasakan. Ia juga ingin memiliki keluarga kecil yang bahagia.

"Aurora," Mahesa mengenali pemilik suara itu. Dialah Aurora, wanita yang pernah menjadi idola sekolah. Tidak banyak yang berubah darinya. Mahesa dengar, ia dinikahi oleh seorang pebisnis tambang.

"Eh bener itu Mahesa!" Aurora berteriak pada teman-teman dibelakangnya. Rupanya Aurora tidak sendiri. Ia bersama teman-teman sekelasnya yang lain.

Mahesa yang terkenal tidak banyak bicara dan cuek semasa sekolah, kini menjadi pusat perhatian. Apalagi jika bukan karena popularitasnya yang tengah naik daun di dunia digital.

"Chef Mahesa lho ini!" Rora, begitu sapaan Aurora, menghampiri Mahesa bersama teman-temannya.

Mereka pun saling bersalaman.

"Kalian apa kabar?" Mahesa menyapa ramah.

"Ih lebih ramah, lho!" Ledek Rora. Tidak hanya perawakannya yang tak berubah. Kepribadian Rora yang ceplas-ceplos apa adanya pun tidak berubah. Rora bisa dibilang salah satu pemecah suasana di kelas. Jika diingat, sepertinya hanya Rora yang sering berceloteh di depannya."Kukira kamu tidak datang,"

"Rora!" Isa, salah satu teman Rora menyikut Rora, menegur Rora untuk lebih menjaga kaIimatnya.

Mahesa melirik Isa. "Kamu Isa, ya," Mahesa mengingat Isa, gadis pendiam yang selalu duduk di bangku belakang.

"Kamu tahu aku?" Isa terkejut. Mahesa tersenyum kecil. Mudah baginya mengenal teman-teman sekelasnya yang memiliki keunikannya sendiri. Ia mengenali Rora sebagai teman sekelas yang cerewet. Berbanding terbalik dengan Isa yang ia nilai sebagai teman sekelas paling pendiam. Lalu ada Bowo, pria yang tengah mencicipi kue-kue kering di stall snack. Bowo adalah teman yang sering menjajakan makanan-makanan buatannya. Mahesa dengar, Bowo kini terjun di dunia yang sama sepertinya, bisnis kuliner. Lalu ada Ade, teman sekelasnya yang 'sok kecakepan' sebab tidak pernah meninggalkan sisirnya sedetikpun. Penampilan Ade pun tampak stylish hari ini.

"Kamu sendirian?" tanya Bowo.

Mahesa mengangguk.

"Kenapa? Jomblo?" tebak Rora.

"Rora!" Isa lagi-lagi menegur Rora.

Mahesa menggeleng. "LDR," jawabnya singkat. "Kalian sendiri?"

Mereka kompak menggeleng. Aurora datang dengan suami dan dua putra mereka. Bowo datang dengan Sang Istri yang baru ia nikahi setahun lalu. Isa datang dengan suami dan satu putrinya. Sedangkan Ade datang dengan tunangannya. Mereka memiliki level kehidupan yang berbeda –begitu pikir Mahesa yang menilai berumah tangga adalah another level of life—.

"Kapan nikah, Mahesa?" pertanyaan Rora sederhana namun membekas di pikirannya. "Jangan kelamaan, takut diambil orang," canda Rora

Sampai sekarang, Mahesa belum bisa mengusir pertanyaan Rora. Kapan menikah? Mahesa menghela nafas. Bahkan candaan Rora ikut mengusik pikirannya. Bagaimana jika hubungannya dengan Halena terulang kembali? Otaknya memutar kembali saat ia mengetahui keinginan Kaira untuk mempelajari seni Ikebana di Jepang. Ia memutuskan untuk menahan diri dan memberi kesempatan agar Kaira menggapai impian yang selama ini tertunda. Ia juga tidak ingin Kaira merasa terbelenggu saat mengejar mimpinya. Namun semakin hari, ia merasa semakin gundah. Pikiran buruk –mendahului takdir—memenuhi dirinya. Bagaimana jika ia menunggu terlalu lama dan justru kehilangan Kaira? Membayangkan saja Mahesa tidak sanggup. Ia begitu mencintai Kaira. Rasa percaya diri yang ia rasakan seketika berubah menjadi keraguan. 

-Selengkapnya hanya di ebook
Googleplay store : Kata kunci Roxabell212
Valenashebookstore : Kategori E-book - Kaya Fiksi - Yes, Chef!
atau hubungi
Author di : 085 726 266 846
Admin valenashebookstore : 089 618 582 500

-Selengkapnya hanya di ebookGoogleplay store : Kata kunci Roxabell212Valenashebookstore : Kategori E-book - Kaya Fiksi - Yes, Chef!atau hubungiAuthor di : 085 726 266 846Admin valenashebookstore : 089 618 582 500

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yes, Chef! End - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang