Menu [30] Alamanda
Waktu terus bergulir. Jam makan siang berakhir beberapa jam yang lalu. Venue kembali disibukkan dengan final touching masing-masing divisi. Bagaimanapun, mereka harus bisa memuaskan ekspektasi klien mereka untuk menjaga nama baik vendor yang terlibat termasuk hotel. Tak hanya di ballroom, dapur pun semakin dibuat sibuk. Para Chef bawahan Mahesa bahkan tak sempat untuk beristirahat. Mahesa berdiri di depan counternya, mengawasi para Chefnya. Ia melirik Paula yang tengah menghias engagement cake. Ia pun kembali teringat pada Kaira.
Mahesa, fokus! Mahesa menekankan dirinya. Setiap hal tentang pattisier mengingatkan Mahesa akan sosok Kaira dan ini cukup mengganggunya.
"Setengah jam lagi tamu datang. Abe, bagaimana dengan appertizer?" tanya Mario pada Abe dan timnya.
"Almost there~" jawab Abe sambil memberikan sentuhan terakhir di makanan pembukanya.
Mario mengangguk ke arah Mahesa, mengonfirmasi kesiapan Abe.
"Main Course?" Mahesa menatap Mira.
Chef perempuan itu mengangguk. "Siap, Chef," jawab Mira.
Mahesa tersenyum lega. Timnya bekerja dengan sangat disiplin dan cekatan. Ia seperti melihat dirinya saat masih bekerja di Australia. Kurang lebih seperti ini, tak kenal lelah, disiplin, dan cekatan.
Sementara itu, mendadak ketegangan terjadi di Ballroom. Buket bunga yang dipesan oleh Kaira secara khusus belum juga datang, bunga itu permintaan langsung dari kliennya.
"Aku sudah kirim itu dua jam lalu, Mbak," suara Adenta gemetar. Adenta adalah staff yang bertugas menjaga toko. Ialah yang ditugaskan untuk membuat buket bunga itu dan mengirimnya ke hotel menggunakan kurir dari sebuah aplikasi ojek online.
"Aku percaya kamu, Denta, tapi bunganya belum sampai," terang Kaira bingung. Ia mondar-mandir di lobby berjaga kalau-kalau kurirnya kembali. Ia tidak perduli dengan kerugian yang harus ia tanggung apabila buket dengan bunga berkualitas tinggi itu hilang. Yang ia perdulikan adalah bunga khusus itu adalah bunga yang ditanam oleh almarhumah ibunda klienya dan Kaira tidak mungkin ia menggantinya dengan bunga lain yang ada di toko. Bunga itu memiliki arti tersendiri.
"Aplikasi sudah menyelesaikan pesanan, Mbak. Katanya diterima oleh Mbak Gita," kata Adenta.
Kaira kembali ke depan meja resepsionis. "Gita, kamu beneran belum nerima buket bunganya?" tanya Kaira penuh harap. Ini kali ke tiga ia bertanya pada Gita dan Ceslyn soal keberadaan buket itu.
"Nggak, Ra. Nggak ada kurir yang ketemu sama aku," jawaban Gita tetap sama, nihil.
"Kamu juga nggak lihat sama sekali, Lyn?" giliran Ceslyn pun ditanggapi dengan jawaban ketus," nggak," tanpa sedikitpun menatap Kaira.
Kaira melihat ke arah jam tangannya. Tak ada waktu lagi. Ia harus memutar otak. Kaira kemudian teringat pada taman di balkon dapur. Ia beberapa kali merangkai bunga yang tumbuh di sana.
"Ara, pimpin teman-teman untuk menyelesaikan ini, ada yang harus aku selesaikan tapi tidak disini," Kaira menghampiri Ara dan bergegas pergi menaiki lift.
Ia meremas jemarinya. Sejujurnya, ia gugup. Tak pernah sebelumnya ia mengalami kendala seperti ini. Ia tidak ingin mengecewakan kliennya. Waktu pun semakin sempit. Lift berhenti di depan restaurant.
"Nadia," Kaira menghampiri Nadia, resepsionis restaurant.
"Kaira, ada apa?" Nadia menangkap kegelisahan Kaira.
"Bisa bantu aku? Aku harus ke dapur," pintanya.
"Ada masalah?" tanya Nadia lagi.
Kaira mengangguk. "Aku harus meminta izin sesuatu ke Chef Mahesa," jawab Kaira.
Beruntung, Nadia mau membantunya. Ia menemani Kaira menuju dapur. Kedatangannya tentu saja mengagetkan para Chef tak terkecuali Mahesa.
"Chef," panggil Kaira.
Mahesa memandang Kaira heran. Raut wajah Kaira terlihat bingung dan cemas.
"Ada masalah?" Mahesa menduga.
"Aku boleh minta tolong, Chef?" dahi Mahesa mengeryit mendengar permintaan Kaira.
-Isi Menu [29] Alamanda Selengkapnya hanya di ebook
Googleplay store : Kata kunci Roxabell212
Author di : 085 726 266 846
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Chef! End - Sudah Terbit
RomanceSebagai seorang Chef, perjalanan karirnya didukung oleh privilege yang melekat pada diri dan keluarganya. Sebagai seorang chef, ia tahu betul bagaimana kehidupan sebuah 'dapur' demi memuaskan 'taste' para pelanggan. Sebuah kesalahan sedikit saja, ka...