Menu [39] Batas (2)
Bisik-bisik terdengar diantara para Chef saat Mahesa tengah berkutat di counternya, meracik menu baru untuk dapurnya. Mereka tidak mengomentari kelihaian tangan Mahesa mengolah makanan, melainkan mengomentari sikap Mahesa saat memasak.
"Emang kalau udah Chef handal, mau melamun aja itu tangan udah auto gerak," bisik April pada Mira.
Mira mengangguk setuju. Ini sudah seminggu Mahesa tampak sering melamun di tengah rutinitas kerjanya. Hebatnya, lamunannya sepertinya sama sekali tak menghalangi tangannya dalam menciptakan makanan bercita rasa istimewa. Setidaknya, sudah ada delapan menu baru yang ia ciptakan, untuk diajukan pada Baron. Menunya bervariasi, dari cita rasa nusantara hingga internasional.
"Hah," Mahesa menghela nafas panjang.
"Udah seminggu," Mira menghitung sambil melirik Mario, memberi isyarat ada yang tidak beres pada kepala Chef mereka.
Mario hanya tertawa kecil dan menyuruh Mira untuk tak berkomentar. Mario sudah tahu apa yang mengganggu pikiran Mahesa.
"Mario," Mahesa memanggil Mario.
"Yes, Chef?" Mario pergi dari counternya untuk menghampiri Mahesa.
"Lusa, kita menemui Baron untuk mengajukan delapan menu baru ini," ucap Mahesa.
"Baik, Chef," jawab Mario. "Are you okay, Chef?" tanya Mario kemudian. "Udah seminggu sering hela nafas?"
Mahesa menggeleng. "It's ok," jawab Mahesa singkat. Ia berbohong. Dirinya sedang tidak OK sejak Kaira mengusirnya dari toko. Ia pikir, saat ia mengungkapkan perasaan terpendamnya, yang kerap membuatnya gundah gulana, Kaira akan membalas perasaannya. Tapi ternyata tidak! Kaira justru menutup erat dirinya. Terhitung sudah seminggu, Kaira tak lagi membalas pesannya.
Mahesa kembali teringat saat ia kembali mencoba menemui Kaira.
Selasa, sehari setelah Kaira mengusirnya. Roda mobil Mahesa berhenti berputar tepat di depan toko Kaira. Ia meremas erat kemudi mobilnya. Toko masih tutup namun setengah rolling doornya terbuka. Ia melihat bayangan kaki hilir mudik di dalam. Ia menarik nafas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk masuk ke toko. Di dalam, Adenta lah yang ia temui pertama kali.
"Oh, halo! Maaf toko masih tutup, Kak!" Sapa Adenta.
"Oh enggak, aku mau cari Kaira," balas Mahesa cepat.
"Ah, Mbak Kaira sedang keluar. Baru saja pergi," Mahesa sedikit kecewa mendengar jawaban Mahesa. Mahesa pun memutuskan untuk pergi.
Rabu. Lagi, Mahesa menyatroni toko Kaira. Ia tak langsung turun melainkan mengawasi sesaat kondisi toko. Toko sudah mulai buka. Beberapa pengunjung toko tampak tengah menunggu pesanan mereka dibuat. Matanya mencari keberadaan Kaira namun ia tak melihatnya. Ia kemudian memutuskan untuk turun dan masuk ke toko. Kali ini, Erika yang menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Chef! End - Sudah Terbit
RomanceSebagai seorang Chef, perjalanan karirnya didukung oleh privilege yang melekat pada diri dan keluarganya. Sebagai seorang chef, ia tahu betul bagaimana kehidupan sebuah 'dapur' demi memuaskan 'taste' para pelanggan. Sebuah kesalahan sedikit saja, ka...