Menu [42] Mario

901 137 6
                                    

Menu [42] Mario

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menu [42] Mario

"Chef Mario?" Kaira terkejut tak menyangka bertemu dengan Mario disini.

Mario berlari kecil menghampirinya. "Nggak-nggak! Jangan panggil Chef!" tolak Mario. "Mas aja," Mario meringis.

Kaira tertawa kecil. "Ngapain disini, Mas?" tanya Kaira kemudian.

"Nengokin Ibuku," jawab Mario. "Kamu, sih?"

Kaira mendadak sungkan mendengar jawaban Mario.

"Biasa aja, Kaira. Ibuku sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun lalu, kok. Kamu sendiri ngapain disini?"

Kaira tersipu. "Nengok Kakakku. Meninggal dua tahun lalu," jawab Kaira.

Mario kemudian tersadar saat melihat mata Kaira sembab dan merah.

"Kamu..baik-baik aja?" tanya Mario khawatir.

"Oh," Kaira buru-buru menundukkan wajahnya.. "Kelilipan," bohongnya.

Kruyuk. Kaira mendelik. Momen memalukan saat tiba-tiba perutnya berbunyi! Parahnya lagi, Mario mendengarnya!

"Jam segini udah laper, ckckc," Mario berdecak sembari geleng-geleng. "Belum sarapan, ya? Atau emang udah laper lagi?" godanya.

Kaira hanya terkekeh kecil.

"Mau sarapan bareng? Kebetulan aku juga belum sarapan, nih," tawar Mario.

Kaira menggeleng sungkan. "Nggak, Mas, makasih," jawab Kaira.

Mario tersenyum tipis. "Nggak enak sama Chef Mahesa ya kalau pergi sama aku?"

Kaira buru-buru membantah. "Bukan gitu, Mas. Tapi-"

"Berarti nggak masalah dong kalau kita sarapan sama-sama? Udah lama juga kita nggak tegur sapa basa-basi sejak kamu nolak aku," Mario tersenyum kecil, mengenang masa saat Kaira dengan gamblang menolak dirinya.

Lidah Kaira kelu. Sebenarnya, bukan ia tidak ingin bertegur sapa. Hanya saja, ia merasa sungkan setelah itu. Walaupun begitu, mereka tetap bersikap profesional di dapur. Mario jelas mengesampingkan perasaannya. Tapi ternyata, ia belum lupa hingga kini.

"Aku nggak ngajak kencan, kok. Cuma ngajak sarapan aja. Aku punya langganan warung nasi uduk, lho. Walaupun kecil, tempatnya bersih," Mario belum menyerah.

Kaira bimbang. Disisi lain, perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi. Disisi lain, ia khawatir kecanggungan akan melanda mereka nantinya.

"Ayo!" Melihat kegigihan Mario, Kaira pun luluh. Ia mengangguk setuju. Beriringan mengendarai kendaraan masing-masing, Kaira mengikuti di belakang.

Akhirnya, sampailah mereka di sebuah nasi uduk yang walaupun kecil namun tampak ramai. Hampir semua kursi penuh oleh pengunjung yang hendak menikmati sepiring nasi uduk. Kaira mengekor Mario menuju kursi panjang yang masih kosong. Meja sempit yang menempel di dinding lebarnya hanya muat untuk satu buah piring.

Yes, Chef! End - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang