Menu [23] Rasa dan Ego

1.5K 215 23
                                    

Menu [23] Rasa dan Ego

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menu [23] Rasa dan Ego

"Chef Mahesa akhir-akhir ini banyak diam ya," celetuk Ivanka, bersama Paula dan Ceslyn di ruang staff. Paula dan Ivanka tengah bersiap untuk pulang sedangkan Ceslyn baru saja datang untuk pergantian shift.

"Chef sakit?" Ceslyn tampak khawatir mendengarnya.

Paula menggeleng. "Moodnya jelek sejak Kaira nggak kerja disini lagi," jawab Paula dengan nada sinis.

Ceslyn berdecak kesal. Usahanya mendekati Mahesa belum membuahkan hasil. Ia berhasil mendapatkan nomor pribadi Mahesa dari Rora. Dalihnya, ia menanyakan barang yang tertinggal di dapur apakah milik Mahesa atau tidak. Padahal, dapur bukanlah tanggungjawab Ceslyn. Barang yang tertinggal tidak seharusnya ditemukan oleh Ceslyn. Kemudian, barang yang tertinggal itu hanya akal-akalan Ceslyn yang dibantu oleh Paula dan Ivanka. Itu barang milik pacar Paula yang sengaja ditinggal, seolah barang itu adalah milik pria, bisa Mahesa, bisa Bisma, bisa Mario, ataupun Chef pria lainnya. Sejak saat itu, Ceslyn semakin gencar menghubungi Mahesa. Ada saja alasannya seperti menyemangatinya saat akan ada momen penting yang membuat para Chef sibuk. Mahesa pun sebenarnya menanggapi dengan biasa, sebagaimana rekan kerja saja. Namun balasan Mahesa diartikan lain oleh Ceslyn.

"Apa sih menariknya Kaira? Masih good looking aku juga," sewot Ceslyn, terbakar cemburu mendengar cerita Paula soal perubahan Mahesa sejak Kaira tak lagi di dapur.

"Good money," seloroh Ivanka menyindir.

"Kakek dia yang good money! Skill dia nol! Aku tahu cerita itu sejak Jamal masih disini!" Ceslyn tak mau kalah.

"Kalau itu sih, memang fakta. Dia cuma bisa gambar-gambar diatas kue doang," Paula setuju. "Waktu kabar itu beredar di dapur, aku pikir ini kemunduran the Savannah, karena berani menerima chef abal-abal. Padahal kita-kita ini, ujiannya berdarah-darah cuma biar dapat tittle Chef, apalagi di the Savannah ini," Paula geram mengingat betapa mudahnya Kaira menjadi Chef di the Savannah. Memang terasa sangat tidak adil dimata para Chef lain. Melamar pekerjaan di the Savannah –bertahun-tahun lalu—saat the Savannah baru saja berdiri dengan bintang lima melekat di imagenya, terhitung ada ratusan pelamar. Mereka diuji bak acara memasak bergengsi di televisi. Tidak satu hari dua hari, namun hingga berminggu-minggu tanpa istirahat hanya untuk mendapatkan Chef-chef terbaik di bidangnya. Paula dan Ivanka beruntung, menjadi yang terpilih diantara mereka yang tersisih.

"Privilege," timpal Ivanka.

"Yaudah deh, kita balik dulu. Mendung, takut hujan. Yuk, Ka," Paula beranjak dari kursinya. Ia mengalungkan tasnya lalu mengajak Ivanka untuk pulang.

Ivanka mengangguk," bye," Ivanka melambaikan tangannya.

Tinggallah Ceslyn sendirian diruangan. Moodnya buru, termakan cerita Paula. Ia mendengus kesal lalu berdiri. Gita sudah menunggu dirinya di meja resepsionis lebih dulu. Ceslyn merapikan rambut dan riasannya lalu berjalan keluar ruang staff. Tanpa diduga, Mahesa melintas. Hati Ceslyn seketika berbunga.

Yes, Chef! End - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang