Menu [60] Jebakan

776 116 22
                                    

Menu [60] Jebakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menu [60] Jebakan

"Apa yang mau kamu bicarakan, Bianka?" tanya Mahesa tanpa basa-basi begitu Bianka muncul.

"Nggak bisa disini, Kak," jawab Bianka sambil melirik ke kanan dan kiri. "Banyak orang," tambahnya keberatan.

"Lalu mau dimana? Aku ada urusan, nggak bisa lama-lama," tegas Mahesa.

"Iya, Kak. Ayo ikut aku," Bianka menarik tangan Mahesa menuju backstage. "Kita bicara di backstage aja yang nggak ada orang,"

Mahesa mengikuti Bianka menuju backstage. Mereka menyusuri koridor hingga sampai didepan ruangan agensi Bianka. Bianka pun membuka pintu. Kosong, tidak ada siapapun di dalam.

"Duduk dulu," Bianka mempersilahkan Mahesa duduk di loveseat sofa yang tersedia. Beberapa lembar majalah fashion tergeletak di meja kaca.

"Aku kesini nggak untuk bersantai, Bianka," Mahesa keberatan.

"Iya, Kak, sebentar dulu. Duduk dulu," Bianka memohon.

Mahesa merasa sedikit dongkol dengan tingkah Bianka. Ia pun menghempaskan tubuhnya di sofa dengan kasar. Sementara itu, Bianka berdiri di depan meja riasnya, sibuk dengan ponselnya.

"Bianka!" Mahesa mulai tidak sabar. "Jangan buang-buang waktu!"

"Kak, aku ini mau bantu kamu lepas dari dia!" Bianka meletakkan ponselnya.

"Lepas? Dari siapa?" Alis Mahesa mengeryit.

"Kaira!" Mahesa terbelalak mendengar jawaban Bianka. "Apa hubungannya dengan Kaira?" ia tak mengerti.

"Kak, aku tahu bagaimana perasaanmu sebenarnya. Nggak ada siapapun disini, kamu bisa jujur sama aku," Bianka kemudian duduk di samping Mahesa.

"Perasaan apa? Apa maksudmu? Aku nggak ngerti!" Mahesa mendelik.

"Aku sudah tahu semuanya, Kak, kenapa kamu bersikap dingin seperti ini. Kamu berubah! Kamu nggak seperti Mahesa yang pertama aku kenal. Itu semua karena Kaira, 'kan? Kak, kamu harus tegas! Kamu harus berani lepasin diri kamu dari dia!" Bianka menarik tangan Mahesa, mencoba meyakinkan sesuatu padanya.

"Kamu ini bicara omong kosong apa, sih?" Mahesa menepis tangan Bianka.

"Kaira maksa kamu, kan, Kak, untuk nerima perasaan dia? Dia ngancam kamu, kan? Aku sudah tahu semuanya! Nggak perlu kamu tutup-tutupin lagi, Kak! Aku bantu kamu lepas dari dia! Kita bisa mulai semuanya dari awal!" Ujar Bianka.

"Aku nggak ngerti," Mahesa langsung beranjak dan berdiri. Ia merasa sedang dipermainkan oleh Bianka. "Aku kesini bukan untuk meladeni permainanmu, Bianka. Aku kesini untuk—!"

Tiba-tiba Bianka berdiri, menarik krah kemeja Mahesa dan langsung mendaratkan bibirnya ke bibir Mahesa. Mahesa membeku kaget. Bersamaan dengan itu, pintu dibuka.

Yes, Chef! End - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang