Menu [73] Impian

488 82 3
                                    

Sabtu itu, toko Kaira ramai oleh antrean pembeli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu itu, toko Kaira ramai oleh antrean pembeli. Hari ini pula, beberapa universitas tengah melangsungkan posesi wisuda. Lokasi toko Kaira yang strategis, membuat banyak kawan, kolega, maupun kerabat wisudawan-wisudawati datang kesini membeli buket bunga cantik dari tokonya. Kaira dan timnya dibuat sibuk sedari subuh, membuat pesanan yang dipesan sejak jauh-jauh hari.

"Pesanan Kak Irma?" Kaira memanggil nama pembeli yang pesanannya telah selesai dibuat.

Pembeli bernama Irma muncul ke meja kasir. "Silakhan, Kak, dicek dulu," Kaira selalu memastikan pembeli puas dengan kreatifitas tangannya sebelum mereka membayarnya.

Irma tersenyum puas. "Nggak pernah ngecewain, Kak," jawabnya.

"Terima kasih!" Kaira menerima pembayaran dengan senang hati.

Satu per satu antrean padat mulai terurai seiring pesanan selesai. Kurir pun tak henti datang dan pergi mengirim pesanan untuk pembeli yang tidak bisa mengambil langsung pesanan mereka. Kaira begitu fokus hingga tak sadar, Mahesa datang dengan menenteng bingkisan. Bahkan, kedatangan Mahesa yang menyita perhatian pembeli yang tengah mengantre tetap tidak membuat Kaira teralihkan. Dedikasinya patut diacungi jempol.

"Lho, Chef-" Erika lah yang menyadari kehadiran Mahesa. Ia bermaksud menyapa Mahesa namun Mahesa dengan cepat memintanya untuk diam. Ia tidak ingin mengganggu konsentrasi Kaira.

"Tunggu di ruang Mbak Kaira aja, Chef!"Ucap Erika dengan suara pelan agar Kaira tak mendengar.

Mahesa mengangguk lalu masuk ke ruangan Kaira.

"Itu siapa, Kak?" Rupanya salah seorang pengunjung terlanjur terpesona dengan visual Mahesa.

"Calon suaminya itu," Erika menunjuk Kaira.

Raut pembeli itu sedikit kecewa, sadar tidak ada kesempatan untuknya. Erika tertawa dalam hati. Ia memang mengisengi pembeli itu dengan jawabannya. Namun ia memang mendoakan supaya dua sejoli ini dapat berlabuh pada akhir yang bahagia. Ia adalah saksi nyata dari hubungan mereka yang seperti roller coaster.

Sementara itu, untuk kali pertama, Mahesa masuk ke ruang kerja Kaira. Ruangan tercium harum bunga wangi. Laptop menyala dengan tampilan tak jauh dari inspirasi rangkaian bunga. Kertas-kertas bercoretan dekorasi dan rancangan buket berserakan di atas meja.

Mahesa berjalan mendekati meja Kaira. Dibukanya lembaran demi lembaran kertas-kertas itu. Coretan tegas diatasnya terasa penuh percaya diri dan kuat. Ia yang tidak begitu tahu soal rangkaian bunga ikut dibuat takjub hanya dari sebuah sketsa.

Mahesa kemudian duduk dan menatap keluar pintu. Kaira masih belum menyadari kehadirannya. Mahesa memandang Kaira lekat. Hatinya terasa hangat hanya dengan melihat senyum cerah diwajah Kaira. Kaira, tak berhenti tersenyum sepanjang waktu.

Yes, Chef! End - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang