Menu [71] Confess
"Mahesa," Mama memanggil Mahesa. Malam itu, Mahesa baru selesai mandi dan bersantai di ruang keluarga sembari menonton televisi ditemani semangkuk popcorn. Mama ingin membahas lebih lanjut soal hubungan mereka usai pertemuannya dengan Kaira beberapa hari yang lalu.
"Mama kok belum tidur?" Mahesa terkejut mengetahui Mamanya belum tidur selarut ini.
"Mama terbangun dan tidak bisa tidur. Kamu baru pulang?" pertanyaan mama disambut anggukan ramah Mahesa.
"Keberatan nggak kalua Mama bahas soal Kaira?" kunyahan Mahesa terhenti saat mendengar kalimat Kaira.
Mahesa segera menelan popcornnya dan meletakkan mangkuknya di atas meja. "Ada apa, Ma?" Mahesa tidak memungkiri kalau kalimat Sang Mama cukup membuat jantungnya sedikit berdebar. Berbagai macam pertanyaan sudah memenuhi pikirannya. Bukankah pertemuan pertama mereka berakhir dengan baik? Mama meminta Kaira memanggil dengan sebutan 'Mama', 'kan?
Mahesa menatap Mama serius. "Ada yang salah, Ma?" tanya Mahesa khawatir. Hubungannya terasa semakin dalam. Bagaimana jika tiba-tiba Mama tidak merestuinya?
"Sejauh apa kamu tahu soal Kaira?" tanya Mama kemudian.
Mahesa mengeryitkan dahinya. "Soal..Kaira? Apa maksud Mama?"
"Soal keluarganya,"
"Oh, itu. Kaira anak tunggal, Ma," terang Mahesa.
"Kamu pernah bertemu dengan Ibunya?" tanya Mama penasaran. Sebab, Mahesa tampak tidak pernah membahas soal ini dengannya. Mama curiga kalau Mahesa tidak mengetahui apa yang tengah Kaira hadapi.
Mahesa mengangguk. "Pernah sekali, Ma. Saat itu Kaira masih menjadi bawahanku," jawabnya mengingat Kembali saat ia nekat datang ke rumah Kaira, memintanya untuk tetap di dapurnya.
"Seperti apa Ibunya?"
Mahesa menatap Mamanya lurus. "Sebenarnya ada apa, Ma?" sikap Mama memunculkan kecurigaan di hati Mahesa. "Mama tahu sesuatu, ya?"
Mama tertawa kecil. Ternyata ikatan batin mereka berdua sebagai ibu dan anak tidak perlu diragukan lagi.
"Kamu tahu apa yang Kaira hadapi di rumahnya?" tanya Mama disambut tatapan serius Mahesa. Kemudian, Mahesa menggeleng. Kaira tidak pernah memberitahu apa masalahnya. Namun ia sadar, pada saat-saat tertentu, Kaira terasa seperti manusia tak berjiwa, kosong, dan hampa.
"Kaira juga tidak menceritakannya. Tapi Mama tahu sendiri. Dunia seolah begitu sempit ketika Kaira ditakdirkan untuk bertemu denganmu, Mahesa. Kaira itu...anak teman lama Mama,"
Mahesa tercekat mendengarnya.
"Mama mengetahuinnya belum lama ini. Alasan Mama memintamu membawa Kaira kesini, selain untuk mengenal pacar anak Mama, Mama ingin membantu Kaira. Mama kasihan jika membiarkan Kaira menghadapi ini sendirian. Mungkin..Kaira juga tidak tahu bagaimana mencari pertolongan sehingga dia memendam ini sendirian." Ungkap Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Chef! End - Sudah Terbit
RomanceSebagai seorang Chef, perjalanan karirnya didukung oleh privilege yang melekat pada diri dan keluarganya. Sebagai seorang chef, ia tahu betul bagaimana kehidupan sebuah 'dapur' demi memuaskan 'taste' para pelanggan. Sebuah kesalahan sedikit saja, ka...