34

191 39 2
                                    

Pagi-pagi buta Taehyung terbangun dengan keadaan terlentang di atas kasur hotelnya. Ia menoleh ke arah kanan dan mendapati Jaemin yang masih tertidur dengan pulasnya. Taehyung mendudukkan tubuhnya dan berjalan ke pintu yang menjadi akses balkoni kamar hotelnya. Ia membuka pintu dan menutupnya kembali. Taehyung duduk di salah satu bangku di sana dan terdiam sembari menatap lautan lepas di ujung saja. Sudah seminggu lamanya sejak kejadian makan malam itu, Taehyung dan Jaemin masih belum kembali ke asramanya karena pekerjaan yang mengharuskan mereka tetap di sana. Mendengar pintu yang terbuka, Taehyung menolehkan kepalanya dan ia melihat Jaemin dengan wajah bangun tidurnya menatap ke arahnya.

“Hei, di luar sangat dingin. Cepatlah masuk dan bersiap. Hari ini hari terakhir kita di sini. Setidaknya kita harus mengabadikan banyak hal untuk di pajang di sosial media” ujar Jaemin yang berjalan ke arah Taehyung dan menepuk-nepuk pelan bahu sang adik. Taehyung mengangguk dan mendengakkan kepalanya.

“Hyung bersiaplah lebih dahulu. Tidak perlu mandi, kita akan bermain di laut nanti” Jaemin mengangguk dan kembali masuk. Membiarkan yang lebih muda diam lebih lama di luar sana menikmati pemandangan laut di pagi hari.

Taehyung masih berdiam diri di sana hingga untuk kedua kalinya Jaemin menghampirinya disertai dengan lemparan handuk dari yang lebih tua. Taehyung tersenyum menanggapi tingkah laku sang kakak yang lebih-lebih dari biasanya. Taehyung menyelesaikan kegiatan bersih-bersihnyadengan cepat. Setelahnya, kedua pemuda tampan itu keluar dari kamar dan melangkahan kakinya seirama menuju restoran hotel untuk sarapan. Taehyung kembali mendapati orang-orang yang ia kenal dan yang memang ia temui seminggu yang lalu. Tangannya menggapai bahu Jaemin dan menatap orang yang sudah ia anggap lebih dari sekadar partner kerja itu dengan cukup legam.

“Wae? Kau tidak mau sarapan dulu?” Tanya Jaemin yang memundurkan kembali langkahnya sehingga ia bisa berada tepat di samping adiknya itu.

“Bisakah kita makan di luar saja? Aku bosan dengan masakan di hotel ini?” jawab Taehyung dengan santainya namun matanya itu tidak lagi menatap ke arah Jaemin melainkan ke arah keluarga kecil yang memang sedang sarapan juga. Jaemin awalnya hanya diam, kemudian ia ikut melihat kea rah yang dilihat oleh Taehyung.

“Apa karena mereka kau tidak mau sarapan di sini? Ya sudah kalau begitu, ayo!” kata Jaemin sembari tersenyum pada Taehyung dan merangkul leher adik yang sedikit lebih tinggi dibanding dirinya itu.

.





.
.
.
.













.
.
.
..




.
.
.
.




Jaehyun dan keluarga besarnya sedang menikmati sarapan di hari terakhir mereka di Daemyung. Jaehyun sebenarnya sudah ingin pulang sejak beberapa hari yang lalu, tapi adik, kakak sepupu serta keluarganya yang lain masih ingin berada di sini. Dengan malas, ia menyuap serealnya. Tanpa sadar, mata Jaehyun bertemu dengan Taehyung yang berhenti di sudut luar ruangan yang hanya dibatasi oleh kaca. Ingin tersenyum tapi ia urungkan melihat idolanya menjauh. Helaan napas terdengar begitu jelas. Doyoung diam-diam memperhatikan hal yang sama. Ia juga menghela napas sama seperti Jaehyun saat Taehyung memalingkan wajahnya. Guru matematika ini tahu bahwa adiknya itu memang tidak ingin bertemu dengan satu pun bagian dari keluarga ini dalam waktu dekat.

“Hei, jangan mendiami makanan seperti itu” tegur Doyoung pada Jaehyun yang akhirnya menatap ke arahnya.

“Wae? Aku tidak begitu lapar. Aku selesai, aku ke pantai dulu” pamit Jaehyun.

“Jaehyun, duduk!” tegas Chanyeol yang kali ini dirinya ditatap dengan begitu tegas oleh Tuan Park.

“Aku sudah selesai, dad. Ini hari terahir. Aku ingin bermain di pantai. Aku permisi” pamitnya sekali lagi tanpa memperdulikan Chanyeol yang terus memanggilnya.

“Sudahlah, biarkan saja dia. Mungkin dia masih ingin bermain di pantai” ujar Nyonya Park berusaha menenangkan putranya itu.

“Kalau begitu akan kususul dia” Doyoung selesai dengan makannya dan baru saja ingin beranjak.

“Kau tetaplah di sini. Selesaikan makanmu. Let him take his time” kata Tuan Park. Hal itu disanggupi oleh Doyoung yang kembali duduk dan menegak minumannya. Irene yang sedari tadi diam sembari menyuapi Jungkook ditepuk pundaknya oleh Chanyeol.

“Ada apa? Apa kau tidak senang kita kembali hari ini?” Tanya Chanyeol kepada istrinya.

‘Astaga pencitraan sekali orang ini’ entah batin siapa yang berujar seperti ini.

“Tidak, aku hanya memikirkan kenapa Jaehyun akhir-akhir ini menjadi sangat pendiam. Sebelumnya ia sangat senang saat kau bilang akan berlibur ke pantai, namun beberapa hari belakangan ia begitu murung” jawab Irene dengan tenang namun tersirat kekhawatiran di dalamnya.

“Mungkin dia hanya sedang memikirkan sesuatu yang tidak penting, kau tenang saja” ucap Chanyeol berusaha menenangkan.

‘Muak juga ternyata’ mungkin kalian yang membaca ini akan tahu siapa yang mengatakan ini di dalam hatinya.

“E- sepertinya aku memang harus menemani Jaehyun. Aku khawatir dia akan tersesat nanti” sekali lagi Doyoung pamit dan langsung beranjak pergi mengejar Jaehyun yang mungkin saja sudah tak terlihat lagi.

“Kalian ini, kalau mau bermesraan jangan di depan banyak orang seperti itu” tegur Nyonya Park sembari mencubit pelan paha anak tertuanya.












.





.
.
.

.



Doyoung tetap mengikuti ke mana Jaehyun pergi. Ia mengikuti adik sepupunya itu demi berjaga-jaga kalau ada sesuatu. Sebenarnya Doyoung penasaran apakah benar Jaehyun tadi melihat kehadiran Taehyung dan kali ini berusaha untuk memperbaiki suasana dingin di antara mereka semua. Namun, yang ia dapati malah sebaliknya. Ia melihat dari kejauhan Taehyung sedang berbicara dengan ayah kandungnya, Chanyeol. ‘Astaga, bukankah tadi tua bangka itu di dalam? Kenapa bisa sudah di luar saja?’ kesal Doyoung di dalam hati.

Sedari tadi, Jaehyun sudah tahu kalau Doyoung, orang yang ia anggap sangat mengganggunya it uterus mengikuti langkah kakinya. Ia bersikap seakan ia tidak tahu karena ia malas berdebat dengan sepupu yang sekaligus merupakan guru matematikanya ini. Dari jarak kurang dari 100 meter, Jaehyun melihat Chanyeol dan Taehyung berdiri di ujung jembatan. Mereka terlihat memiliki perbincangan yang serius. ‘Untuk apa mereka berbicara berdua? Bukankah daddy tadi masih di dalam?’ batinnya berucap. Jaehyun menghentikan langkah kakinya dan mencari tempat yang aman untuk sekadar menguping. Jaehyun tidak tahu apakah firasatnya benar atau tidak, tetapi ia bisa merasakan kalau ada yang tidak beres di antara dua orang dewasa yang sangat ia sayangi itu.

“Untuk apa kau masih di sini?” bisa dengan jelas oleh Jaehyun cara berbicara ayah sambungnya ini sangat berbeda.

“Saya masih ada pekerjaan di sini”

“Kapan kau akan kembali?”

“Kembali? Memangnya saya masih punya tempat di sana? Saya pulang ke Seoul hari ini, Anda tidak perlu khawatir” hingga beberapa saat hening menderu keduanya.

“Anda sendiri bagaimana, Tuan? Apa liburannya menyenangkan?” oh tidak, Jaehyun tidak pernah melihat Taehyung menggunakan nada seperti itu dalam berbicara.

“Tidak…

















.
.
.
.
.
.








.
.
.




Aku membenci liburan ini”
































BREAKING NEWS:

MAKNAE SEKALIGUS MULTI-MAIN DREAMZ KERAP TERLIHAT BERSAMA DENGAN KELUARGA KERAJAAN BISNIS PARK. APA YANG DIBICARAKAN? BENARKAH KALAU V SEBENARNYA BAGIAN DARI KELAUR PARK DAN BUKAN ANAK KANDUNG CEO NCT ENTERTAIMENT, LEE TAEYONG?









Tbc

Huaaaaaa setelah sekian purnama akhirnya aku kembali buat kalian yang masih setia nungguin ini update, maaf banget ya apdetnya juga malem2 begini. I hope u guys like this one. Thank u buat yg udah votement sebelumnya, semoga kalian terhibur ya.

Happy new year, let's begin this year with a beautiful hope and a morely fresh mindset.

Jangan lupa buat votement ya guys. See u on the next chapter

 See u on the next chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CHANGING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang