Irene sedang berkutat dengan pekerjaannya di dapur. Ia memasak untuk sarapan keluarganya. Namun, ada yang berbeda dari sarapan kali ini. Nyonya dan Tuan Park serta Joy turut hadir di dalam sarapan kali ini. Chanyeol dan kedua jagoannya sudah siap dengan untuk sarapan. Doyoung yang memang tinggal di sana juga sudah hadir di ruang makan dan berinisiatif untuk membantu menghidangkan masakan di atas meja bersama dengan Joy. Jaehyun yang memang malas kalau melihat wajah Doyoung, ia hanya bisa diam dan membiarkan orang itu berada di sekitarnya. Definisi sementara guru matematika itu ternyata berbeda dengan definisi sementara yang dipahami oleh Jaehyun. Pasalnya, sepupu yang merangkap guru matematikanya itu masih saja menetap di rumah ini sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya Jaehyun bersikap tak acuh, tetapi Doyoung sering kali menjahilinya dan itu membuatnya tidak nyaman berasa di sekitar sepupunya itu.
Sarapan dilakukan dengan sangat tenang. Hanya keheningan yang diiringi oleh denting alat makan yang bergesekan dengan piring saja yang memenuhi ruangan. Selesai dengan kegiatan itu, selurus anggota berkumpul di ruang keluarga. Mereka duduk bersama dan membahas banyak hal. Mengingat hari ini merupakan hari libur.
“Jae, bagaimana dengan sekolahmu? Apa ada kendala?” tanya Nyonya Park yang duduk tepat disamping suaminya. Jaehyun mengalihkan pandangannya ke arah sang nenek dan tersenyum.
“Semuanya berjalan dengan sangat lancar. Tidak ada kendala yang berarti” jawab Jaehyun yang tangannya sibuk memegangi tubuh gempal Jungkook yang meronta ingin berlarian.
“Syukurlah kalau begitu. Doyoung, nilai Jaehyun baik-baik saja kan?” tanya Tuan Park kali ini kepada Doyoung. Sang empunya yang ditanya hanya mengangguk dan ikut tersenyum seperti Jaehyun sebelumnya.
“Nilainya sangat bagus. Mengingat ini tahun terakhirnya, dia bisa fokus dengan baik. Sepertinya ia akan mendapatkan peringkat teratas lagi tahun ini” kata Doyoung.
“Kalau itu harus. Kalau perlu Jaehyun harus lebih bagus nilainya dibandingkan dengan-“
“Appa, bisakah kau berhenti membandingkan Jaehyun dengan anak itu? Mereka adalah orang yang berbeda” Chanyeol memotong perkataan sang ayah. Atmosfir ruangan itu seketika berubah menjadi gelap.
“Loh, apa appa salah kalau aku berharap Jaehyun bisa mendapatkan nilai yang lebih baik? Dia cucu appa juga, penerusmu kelak. Tidak ada yang salah dari yang oleh appa. Lagian kenapa kau jadi sensi sekali sih akhir-akhir ini?” kali ini Joy yang menyeletuk.
“Joy, aku-“
“Sudahlah, jangan malah berkelahi. Aku yakin Jaehyun bisa mendapatkan nilai terbaik. Kita juga tidak bisa memaksanya. Apa kau ingat ketika kau menekan Jaehyun apa yang terjadi? Nilainya malah jatuh” peringat Nyonya Park.
“Baiklah, lakukan yang terbaik okay?” final Tuan Park yang kemudian mengusap sayang kepala Jaehyun. Raut wajah Jaehyun yang sedikit mendung tadi kembali cerah mendengar perkataan Tuan Park barusan.
“Pasti. Aku akan menjadi yang terbaik agar bisa masuk ke dalam sekolah impianku” ujar Jaehyun.
“Impianmu atau kau hanya ingin masuk sekolah itu karena V menjadi alumnus sekolah itu?” ledek Doyoung.
“Hei pak tua yang haus kasih sayang. Bisakah kau diam? Mau aku masuk ke sana dengan alasan apa itu urusanku. Bukan urusanmu” kesal Jaehyun.
“Sudah-sudah. Jae, kau tidak boleh berkata seperti itu. Itu tidak baik” ingat Irene kepada Jaehyun.
“Arasseo. Mian, Ahjussi” ledek balik Jaehyun ke arah Doyoung.
“Kau ini” ucap Doyoung sembari mengusak rambut Jaehyun hingga berantakan.
Kedua pemuda tampan itu malah berlarian saling mengejar satu sama lain. Irene lebih memilih untuk diam dan memperhatikan anak dan keponakannya itu saja. Kemudian ia berpamitan untuk masuk ke dalam kamarnya. Irene beralasan kalau ia harus mengerjarkan sesuatu di dalam sana. Namun kenyataannya, ia malah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Masih jelas teringat dalam kepalanya apa yang Yunho katakan beberapa hari yang lalu. Setelah berrtahun-tahun tidak saling menampakkan diri, mereka malah dipertemukan dengan cara seperti itu. lamunan Irene buyar ketika Chanyeol datang menghampirinya. Pria dewasa itu ikut membawa serta Jungkook di dalam gendongannya.
“Hei, are you okay?” tanya Chanyeol sembari menepuk bahu Irene. Irene sontak menoleh ke arah Chanyeol. Ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Yeah, aku baik-baik saja. Ini sudah hampir jam makan siang, apa kalian sudah lapar lagi? Aku belum ma-”
“Hei, apa kau lupa? Kita akan pergi ke pantai hari ini. Nanti kita makan di sana saja. Lagi pula jarak tempuhnya juga tidak begitu jauh” belum sempat Irene menyelesaikan kalimatnya Chanyeol sudah lebih dahulu memoongnya.
“Oh yaampun, aku lupa” balas Irene dengan senyum tanpa dosanya.
“Lebih baik cepat bersiap. Sepertinya Jaehyun sudah selesai berkemas. Biar aku yang mengurus Jungkook. Berdandanlah yang cantik okay?” final Chanyeol sembari menegakan badannya dan mengecup kening sang istri lalu keluar dari kamar itu.
“Aku harus cepat bersiap” lirih Irene yang kemudian berdiri dan mulai menyiapkan segala kebutuhannya dan juga sang suami. Ia tidak ingin suami dan kedua anaknya menunggu lebih lama lagi.
Selesai dengan segala persiapannya, Irene keluar dari kamar utama dengan tas yang bertengger dibadannya juga sebuah tas lain yang berukuran cukup besar di tangan kanannya. Jaehyun yang melihat sang ibu membawa tas yang besar itu segera meghampirinya dan mengambil alihnya. Jungkook yang sedari tadi tidak berhenti berlarian ditangkap dengan sigap oleh Doyoung yang baru saja turun dari kamarnya. Ia mengajak sepupu kecilnya itu bercanda dan membawa bocah lucu itu keluar dari rumah menuju garasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGING [END]
Fiksi Penggemar"𝙿𝚕𝚎𝚊𝚜𝚎, 𝚓𝚞𝚜𝚝 𝚐𝚒𝚟𝚎 𝚖𝚎 𝚘𝚗𝚎 𝚖𝚘𝚛𝚎 𝚌𝚑𝚊𝚗𝚌𝚎, 𝚂𝚒𝚛" . . . . . . Perubahan selalu terjadi di dalam kehidupan ini. Ada perubahan yang diinginkan mau pun tidak. Perubahan dan kesempatan beriringan, seiring dengan berjalannya wak...