10

2.6K 314 26
                                    


Tidak ada yang tau bahwa Taehyung tak sadarkan diri.  Joy yang masuk ke dalam ruangan itu sedikit mengguncang tubuh Taehyung dan sontak tubuh itu langsung limbung lalu jatuh ke lantai, kalau saja Joy tidak menahan tubuh itu.

"Tae!" pekik Joy yang kemudian memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Taehyung.

"Kondisinya cukup buruk. Asmanya pasti sudah kambuh sebelumnya.  Dia juga kelelahan dan sepertinya sedang tertekan. Aku berpesan agar dia istirahat dan jangan dibebankan pikiran yang membuat asmanya kembali kambuh" ujar sang dokter yang kemudian pamit undur diri. 

Pagi hari di keesokan harinya, Taehyung membuka kedua matanya. Ia merasakan kepalanya begitu pening dan berusaha duduk perlahan. Seketika ia langsung teringat akan sang ayah. Ia turun dari ranjang pesakitannya itu dan mencabut infus yang menempel pada punggung tangannya. Taehyung melangkahkan kakinya dengan tertatih-tatih menuju ruang perawatan sang ayah.  Ketika ia sampai, Taehyung kembali meneteskan air matanya. Namun, sebelum air mata itu jatuh dengan deras, ia mengambil inisiatif untuk mengelap tubuh sang ayah.

Sesekali Taehyung menatap wajah damai milik Chanyeol. Ia merasakan sakit ketika ia melihat ayah yang begitu ia sayangi kondisinya diluar dari kata baik. Air mata kembali menetes namun ia coba menahannya. Di raihnya tangan milik sang ayah. Taehyung menggengam erat tangan itu dan tangisannya kembali pecah.

'Tuhan,  kenapa bukan aku saja yang ada di posisinya?  Kenapa harus Appa yang seperti ini?  Ini semua salahku. Kalau saja dulu eomma memilih merelakan aku, mungkin kejadiannya tidak akan begini' batin Taehyung.

Cklek.

"Astaga Tae. Imo pikir kau hilang. Syukurlah kau ada di sini" ujar Joy sambil berjalan menuju Taehyung dan memeluknya erat dari belakang. Taehyung tersenyum simpul dan mengelus tangan yang melingkar di bahunya itu.

"Aku tidak akan hilang. Sekalipun itu terjadi, appa tidak akan mencariku kan imo?" jawab Taehyung sambil menatap sendu sang Ayah.

"Hei ayolah. Tidak baik berkata seperti itu, Tae. Appamu pasti akan mencarimu bila kau hilang" hibur Joy yang pada kenyataannya ia tak tahu apakah hal itu akan benar terjadi atau tidak.

"Ah iya, apa kau lapar? Imo bawakan kau makanan" ujar Joy sambil menunjukkan bungkusan yang ia bawa.  Taehyung tersenyum dan mengangguk lemah. Ia berpindah duduk menuju sofa yang tersedia di ruangan itu.

Tangan apik Joy membuka kotak makan yang ia bawa satu per satu.  Menampilkan deretan makanan kesukaan Taehyung. Taehyung tersenyum cerah.  Walau senyum itu terlukis di wajahnya yang pucat pasi.

"Cha,  ppali Meogo" ucap Joy sambil menyodorkan makanannya. Tangan Taehyung berniat mengambil makanan itu, namun tangannya bergetar hebat. Ia sendiri tak tahu apa sebabnya. Melihat hal tersebut, Joy berinisiatif untuk menyuapi Taehyung makan.

"Kemarin pasti kau tidak makan hingga tanganmu bergetar seperti itu" tegurnya pada keponakan kesayangannya ini.

"Aku lupa akan segalanya ketika mendengar appa luka, Imo" jawab Taehyung setelah ia menelan makanan yang ada di mulutnya.

"Lain kali jangan lalai ya. Bagaimana kau bisa menjaga ayahmu bila kau sendiri sakit, Tae?" Taehyung hanya mengangguk dan kemudian ia tersenyum dan melihat ke arah sang ayah sejenak.

"Tae,  mau sampai kapan?" tanya Joy. Taehyung menatap imonya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Sampai ia bisa menerimaku.  Namun, bukan karena paksaan. Dari hatinya sendiri" lirih Taehyung sambil kembali membuka mulutnya meminta disuapi lagi dengan sedikit trik manja khas miliknya itu.

.
.
.

.

..
.
.
.
.
.
.
.
.

CHANGING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang