Taehyung melangkahkan kakinya ke arah ruang kerjanya. Taehyung menghela napas kasar sembari melempar jas yang baru saja ia lepaskan. Tangannya menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya. Kemudian, tangannya bergerak meraih telepon genggam di saku celananya dan melihat beberapa berita terbaru. Taehyung sangat tidak habis pikir dengan Jung keparat Yunho itu. Bagaimana bisa orang itu tidak merasa bersalah sama sekali? Bukan hanya itu saja, Taehyung bahkan tidak menyangka kalau orang itu berusaha melarikan diri ke luar negeri. Harus menggunakan cara apalagi agar bajingan itu mau mengakui kesalahannya? Menyiksa ternyata bukan hal yang sesuai, batin Taehyung berbicara.
Dahi Taehyung berkerut. Ia memikirkan banyak sekali cara agar ia bisa menjebak Yunho hingga benar-benar tidak ada jalan keluar baginya untuk bangkit. Taehyung terhanyut dalam pikirannya sendiri. Lamunannya itu terpaksa harus ia selesaikan kala ia mendapati sebuah panggilan dari nomor yang tidak ia kenali. Dahinya semakin berkerut saja melihatnya. Taehyung meraih ponselnya dan menjawab panggilan itu.
“Yeoboseyo” kata Taehyung.
“Halo, maaf saya harus mengganggu waktu Anda, Tuan Lee” ujar orang di sebrang sana.
“Tidak masalah, aku tidak dalam kesibukan yang berarti. Dengan siapa aku berbicara?” tanya Taehyung.
“Maaf karena sudah lancang tidak langsung memperkenalkan diri. Saya Choi Taejoon, Valery-ssi” balas orang yang ternyata adalah Taejoon.
“AH, jadi Anda yang sudah mencari tahu tentang saya. Ada hal penting apa sampai detektif swasta sepertimu menghubungiku malam-malam begini?” Taehyung menaikkan salah satu alisnya.
“Ada beberapa hal sebenarnya. Ini menyangkut Anda dan keluarga Park” Taehyung tertegun kala Taejoon mengatakan hal itu.
“Aku tidak punya hubungan apapun dengan keluarga Park. Bila hanya itu saja lebih baik kita sudahi sampai di sini”
“Tunggu!” belum sempat Taehyung mematikan sambungan telponnya, Taejoon kembali bersuara.
“Anda harus sangat berhati-hati, Tuan. Jung Yunho bukanlah orang sembarangan. Menjatuhkannya seperti itu tidak akan berarti apa-apa baginya” taehyung membiarkan Taejoon mengatakan apapun yang dirinya inginkan.
“Saya tahu kalau Anda pun sudah paham betul dan punya rencana yang sangat matang. Tetapi satu informasi yang harus saya katakan pada Anda”
“Apa itu?”
“Tuan Jaehyun dan Jungkook akan datang ke Korea dalam kurun waktu kurang dari seminggu. Bawahan Yunho-ssi pasti akan mengincar mereka”
“Aku tahu arah pembicaraanmu. Sebaiknya kita sudahi di sini saja. Kalau masih ada yang ingin kau katakan, mari atur jadwal untuk bertemu” Taehyung berbicara dengan nada datarnya.
“Baik, Tuan. Terima kasih atas waktumu” tanpa menjawabnya Taehyung langsung memutus panggilan tersebut.
Setelah panggilan itu berakhir, Taehyung menatap ke arah luar jendela. Memandang pemandangan gedung di malam hari berhiaskan lampu warna warni. Ia menghela napasnya entah sudah berapa kali. Kemudian, tangannya kembali bergerak mencari nama Jaehyun di kolom pencarian kontak. Begitu menemukan nama adiknya itu, Taehyung tidak jadi menghubungi Jaehyun. Tubuhnya yang sempat menegak kembali bersandar sembari menghela napas. Sejujurnya, Taehyung merindukan Jaehyun dan Jungkook. Walau mereka saudara tiri, di dalam kamus Taehyung tidak ada namanya adik tiri. Adik ya tetaplah adik, mau itu adik angkat sekalipun. Taehyung terhenyuk sejenak kemudian menekan nomor 1 pada telepon kantornya.
“Datang ke ruanganku sekarang” ujarnya. Tak lama berserang, Asisten Woo datang.
“Ada yang bisa saya bantu, Daepyonim?” tanya Asisten Woo pada Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGING [END]
Fanfiction"𝙿𝚕𝚎𝚊𝚜𝚎, 𝚓𝚞𝚜𝚝 𝚐𝚒𝚟𝚎 𝚖𝚎 𝚘𝚗𝚎 𝚖𝚘𝚛𝚎 𝚌𝚑𝚊𝚗𝚌𝚎, 𝚂𝚒𝚛" . . . . . . Perubahan selalu terjadi di dalam kehidupan ini. Ada perubahan yang diinginkan mau pun tidak. Perubahan dan kesempatan beriringan, seiring dengan berjalannya wak...