Mari kita kembali ke hari di mana Tuan Besar Park mengeluarkan statementnya. Chanyeol melangkah dengan sangat cepat. Ia memasuki rumah dengan sangat kesal. Tanpa berbasa basi ia membuka pintu ruang kerja sang ayah dengan penuh amarah. Chanyeol yang baru mengetahui mengenai statement yang sebelumnya dikeluarkan oleh sang ayah merasa benar-benar tidak habis pikir. Tuan Park yang melihat anaknya masuk tanpa permisi itu langsung paham bagaimana dan ke arah mana mereka akan berbicara.
“Appa, apa maksudmu mengatakan hal yang berbanding terbalik dengan pernyataanku?” kesal Chanyeol yang langsung tanpa basa basi.
“Kenapa? Aku hanya mengatakan hal yang sesungguhnya dan yang sudah seharusnya kukatakan di hadapan publik” terang Tuan Park dengan nada datar miliknya.
“Tapi kau tidak bisa begitu. Aku butuh waktu untuk dengan sangat jelas menerangkan kalau dia bagian dari keluarga ini” lanjut Chanyeol masih dengan menggebu-gebu.
“Sampai kapan?”
“Mwo?”
“Ya, sampai kapan kau harus seperti ini? Apalagi yang kau tunggu? Ini sudah hamper 4 tahun sejak ia tidak tinggal dengan kita dan bahkan sudah berdiri di atas kakinya sendiri sekarang. Lalu apa lagi?” kali ini Tuan Park mulai terbawa emosi menghadapi sang putra.
“Aku sudah jelaskan padamu, appa. Sampai kapan pun itu, aku tidak bisa menerimanya. Aku bahkan tidak sudi walau hanya sekadar menyebutnya sebagai bagian dari keluarga ini apalagi aku harus mengakui kalau ia bagian dariku”
“Kali ini apa alasanmu? Kau berkelah kau tidak menerimanya karena ia cacat dan tidak bisa apa-apa. Lalu sekarang?”
“KARENA TAEHYUNG MEMBUNUH WANITA YANG PALING AKU CINTAI!!!”
BRAK!!
..
.
..
.
..
“Selamat datang keponakan manisku”
Taehyung tersenyum menatap orang yang menyapanya. Ia sangat mengenali orang ini, orang yang selalu ada dikala ia dalam kesulitan. Siapa lagi kalau bukan Oh Sehun, ayah dari Jimin, yang selalu memanjakannya bahkan terkadang memperlakukannya seperti anak sendiri. Apapun yang Taehyung lakukan, apapun itu, Sehun akan mendukungnya selama itu adalah hal yang positif dan tidak akan mencederai siapapun.
Taehyung melangkah dengan cepat dan memeluk erat Sehun yang membuka tangannya dengan lebar. Jimin yang berada di belakang ayahnya hanya bisa tersenyum melihat tingkah Taehyung yang seperti ini. Luhan yang baru saja keluar dari ruang makan langsung merangkul Taehyung untuk makan bersama dengan mereka.
“Tae, aku sangat senang akhirnya kau mau main kemari lagi setelah sekian lama tidak berkunjung” ujar Sehun setelah menyantap makanannya.
“Mianhae, samchon. Aku tidak bermaksud untuk tidak berkunjung. Waktunya selalu tidak tepat saja. Waktu aku kosong, kalian sedang mengunjungi Jimin hyung. Saat kalian ada di Seoul, aku sedang ada di Tokyo. Tidak tepat terus” keluh Taehyung dengan wajah yang menggemaskannya.
“Tak apa, saying. Yang penting kamu sekarang di sini” ujar Luhan dengan nadanya yang sangat tenang.
“Ah iya, aku ingin menginap di sini sekitar 2 minggu. Apa boleh?” izin Taehyung sembari menatap semua anggota keluarga Oh. Jimin yang seolah mengerti arah pembicaraan Taehyung hanya bisa tersenyum.
“Of course, Tae. Mau menginap lebih dari itu juga boleh. Sekalian kau menemaniku di rumah yang besar ini” balas Jimin.
“Kau ini, Taehyung itukan sibuk. Tidak bisa lebih dari itulah” kali ini Luhan yang membuka suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGING [END]
Fanfiction"𝙿𝚕𝚎𝚊𝚜𝚎, 𝚓𝚞𝚜𝚝 𝚐𝚒𝚟𝚎 𝚖𝚎 𝚘𝚗𝚎 𝚖𝚘𝚛𝚎 𝚌𝚑𝚊𝚗𝚌𝚎, 𝚂𝚒𝚛" . . . . . . Perubahan selalu terjadi di dalam kehidupan ini. Ada perubahan yang diinginkan mau pun tidak. Perubahan dan kesempatan beriringan, seiring dengan berjalannya wak...