Allo
.
.
.
.
.
.
Happy reading
Tandai jika typo***
Reza sudah sadar dari kritis nya, cowok itu hanya luka di bagian kaki dan juga tangan. Dan kening nya sedikit tergores karena aspal. Sekarang cowok itu sedang berada di ruangan Lia dengan menggunakan kursi roda.
Lelaki itu sudah mendengar semuanya dari teman-teman nya. Ia ingin sekali menghajar Varo, tetapi kondisi nya tidak memungkinkan. Ia juga sudah menghubungi orang tua nya, dengan cepat mereka segera terbang ke Indonesia.
"Lia, gue tau semuanya," ujar Reza datar membuat Lia meneguk saliva nya kasar. Perempuan itu menunduk.
"Kenapa lo gak cerita ke gue Li? Gue lo anggep apa? Gue sepupu lo sendiri, bukan orang asing," lanjutnya dengan wajah yang penuh kekecewaan.
"Lo punya penyakit aja gue gak tau, lo ada masalah sama Varo aja gue gak tau. Lo udah di rusak cowok brengsek aja gue gak tau,"
"Gue berasa gak berguna di hidup lo,"
"Bukan gitu Za--"
"Trus gimana? Sampe si brengsek itu puas nyakitin lo, baru lo ngomong sama gue gitu?" potong Reza.
Lia menunduk, ia tak berani menatap wajah menyeramkan Reza. "Maaf," hanya kata itu yang keluar dari mulut nya.
Reza mengusap wajah nya kasar. "Sini peluk dulu," ujar Reza, Lia pun langsung memeluk Reza dengan erat.
"Sekarang ponakan gue udah gak ada, gue ngerasa bersalah sama Mama Papa lo Lia," ujar Reza lagi membuat Lia meneteskan air mata nya.
"Ini semua bukan salah lo, berhenti nyalahin diri lo sendiri,"
"Ini semua salah gue, dari awal gue gak bisa jaga diri. Dan semua nya udah hancur," lanjutnya.
"Andai kita gak lari ke Indomaret, mungkin semua nya gak akan kaya gini," ucap Reza.
"Zaa, plis stop nyalahin diri lo sendiri. Ini semua takdir Allah," geram Lia.
"Hm, iya,"
***
Malamnya, Varo berjaga di ruangan Lia. Sedangkan sang empu sedang tidur, Varo memandang kosong pemandangan di depan nya. Sudah beberapa kali ia menghela nafas.
"Banyak amat beban gue," keluhnya.
Ia memejamkan mata nya sebentar. Eh kebablasan sampai pagi. Ia membuka mata nya, ia mendekati Lia bermaksud untuk membangunkan perempuan itu.
Tetapi aneh, wajah perempuan itu bertambah pucat. Dan infus nya terlepas. Seketika mata Varo terbelalak. Ia memencet tombol di sisi brankar Lia. Perasaan kalut mulai memenuhi otak nya. Tak lama kemudian, Dokter pun masuk kedalam ruangan Lia. Bukan Edgar, melainkan Dokter lain. Dan kali ini wanita.
"Gimana keadaan nya Dok?" tanya Varo cemas.
Dokter itu menggeleng. "Lia tidak bisa di selamatkan, perkiraan nya, infus sudah di lepas sekitar jam 12 malam. Dan sekarang sudah jam 7 pagi, dan juga karena penyakit nya yang sudah stadium 4, dia tidak bisa selamat,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVALIA [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] JIKA ADA KESAMAAN NAMA ATAU PUN ITU MOHON DI MAAFKAN KARENA INI MURNI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI!! AWAL NYA SIH EMANG GARING TAPI KALO KALIAN CHECK SAMPE AKHIR DI JAMIN GA BAKAL NYESEL DEH Ini bukan cerita tentang Dilan Milea, a...