Chapter 19

68.4K 6.7K 246
                                    

Hai! Terima kasih sudah sabar menunggu ❤

Jangan lupa vote dan komennya ya teman-temannn ^^

*

Aku bangun dengan tempat tidur yang kosong. Perasaan tadi subuh masih ada manusia yang menempati tapi sekarang terasa sangat dingin. Aku sih nggak khawatir, paling-paling Mas Aji sedang melakukan rutinitas paginya seperti biasa, berolahraga pagi. Karena hari ini ada agenda yang harus kukerjakan, akupun menyegerakan diri untuk bangun. Setelah memberi makan Jade aku pun pergi menuju dapur dan menuliskan sebuah pesan singkat kemudian ditempel di kulkas. Kurang lebih isinya menyuruh Mas Aji untuk cari sarapan di luar.

Semua menjadi serba terburu-buru karena aku tidak boleh telat. Hari ini aku akan bertemu dosen pembimbing di salah satu meeting space. Sudah beberapa minggu tak dapat bertemu beliau karena kesibukan beliau keluar kota. Mumpung beliaunya sedang berada di sini jadi aku memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin..

Aku juga hanya sarapan seadanya, sehelai roti dan segelas susu yang sempat kuangatkan lebih dulu.

Di meeting space, aku harus menunggu lebih lama karena dosenku harus dipanggil dekan untuk rapat sebentar. Aku pun menghabiskan waktuku sambil bermain ponsel. Selang beberapa lama pundakku ditepuk oleh seseorang. Ternyata dosenku sudah tiba. Aku pun bangkit untuk berslaaman kemudian mempersilahkan beliau untuk duduk terlebih dahulu.

Tanpa basa-basi, setelah memesan segelas kopi Bu Nia langsung menanyakan progres skripsiku juga hasil revisi yang kulakukan. Kucatat beberapa poin tambahan juga koreksi dari bu Nia yang ternyata masih kurang puas dengan draft BAB 1 juga sumber literatur yang kuberikan. Kami menghabiskan waktu dua jam hanya untuk membahas literatur acuan. Ini sepertinya menjadi bimbingan terlama di dunia karena pada umumnya bimbingan rata-rata berlangsung hanya tiga puluh menit. Paling lama hanya satu jam, itu pun rasanya sudah mustahil.

Awalnya aku ingin mengeluh di dalam hati namun sebelum sempat mengeluh, pelayan meletakkan piring kue mini berdiameter sepuluh sentimeter. Aku sempat lihat kue ini di etalase kasir tadi tapi sekarang kue itu berada di depan laptopku.

"Ini apa, Proff?"

"Ini ucapan selamat sudah lulus proposal juga perayaan ulang tahun kamu."

Aku terperangah sesaat. "Siapa yang ulang tahun, Prof?" tanyaku bingung.

"Bukannya kamu hari ini ulang tahun? Kayaknya waktu terakhir kita ketemu kamu bilang ulang tahunmu tangga ini kan?"

"Sebentar, Prof ...." Segera kubuka ponselku dan melihat tanggal yang tertera. Pundakku luruh mengetahui aku berulang tahun hari ini. Berarti usiaku bertambah satu tahun lagi. Tapi kenapa aku kecewa ya? Apa karena aku tidak ingat ulang tahunku sendiri atau karena bukan orang yang kuharapkan yang telah mengucapkan pertama kali? Ah, boro-boro dia ngucapin. Ingat saja aku nggak yakin.

"Halo? Qia? Kamu masih di sini?"

"Eh, maaf Prof, saya sedikit kaget kok bisa lupa sama ulang tahun sendiri."

Proff Nia tertawa pelan kemudian mengulurkan draft skripsiku dengan beberapa coretan catatan di sana. Aku membaca beberapa poin yang perlu kurevisi agar aku juga bisa membawanya ke dosen pembimbing satunya lagi.

"Namanya juga hidup sendiri, apalagi mahasiswa akhir seperti kamu. Coba kamu cari pacar, Qi. Kita sekarang sudah dewasa, jadi perayaan-perayaan seperti ini memang sudah tidak terlalu signifikan lagi di usia kita. Di kehidupan dewasa ini cenderung kita memiliki urusan yang lebih penting, kita lebih banyak berpikir bagaimana caranya lulus, bagaimana caranya dapat kerja, bagaimana caranya membahagiakan orang tua, dll sehingga sering kali lupa akan diri sendiri."

Suck It and See (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang