Chapter 1

323K 17.5K 614
                                    

Halo teman-teman ketemu lagi bersama Aji dan Qia dengan versi baru ^^
Selamat membacaaaaa


Aqillah Azzahra atau sering disapa Qia adalah mahasiswi tingkat akhir jurusan psikologi di sebuah universitas terbaik bangsa. Gadis yang sering disapa Qia itu adalah gadis yang humble dan berprestasi. Menjadi mahasiswi yang sibuk akan tugas akhir dan berbagi waktu dengan banyaknya kegiatan kampus, Qia tetap mampu membagi waktu dengan sempurna. Sifatnya yang ceria dan terkadang bisa lebih eksentrik adalah sumber kebahagiaan orang-orang di sekitarnya. Sikapnya yang sering membantu sesama teman menjadikannya seorang primadona.

Padahal bisa dibilang, tampilan Qia justru terlihat lebih tomboy dibandingkan teman-teman wanitanya yang sangat paripurna dengan make-up cantik mereka. Goody bag sederhana, kaos polos putih yang diberi luaran kemeja flannel kemudian dipadankan dengan celana jeans robek serta sepatu vans menjadi outfit sehari-harinya untuk kuliah. Qia hidup atas peraturan yang ia buat sendiri. Ia sangat tidak peduli akan pendapat orang lain.

"Qia, aku baru dapat kabar kalau sponsor yang dari perusahaan kemarin sudah masuk. Dana dari kampus minggu depan baru turun." Ujar salah seorang temannya yang memberikan laporan sementara pada Qia. Gadis itu tengah menyeruput es tehnya dan membaca pesan dari ponsel yang temannya sodorkan padanya. Ia memindai isi pesan tersebut dan tersenyum puas.

"Sip, bagus banget. Nanti kamu total semua berapa pakaian yang masuk dari pendonor hari ini sekalian untuk belanja keperluan mending beli dari sini saja pakai uang sponsor itu dulu terus lusa kita urus bagasi untuk dibawa ke bandara."

"Aku kasih ke siapa laporan akhirnya?"

"Kasih ke aku ringkasannya aja. Jangan lupa buat yang rapi untuk Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) untuk semua sponsor sama kampus," jawabnya.

Pemuda yang mengajak bicara Qia itu mencatat semua poin penting yang Qia sampaikan. Mereka tengah sibuk melakukan penggalangan dana dan bantuan untuk korban bencana di luar pulau.

Qia memang selalu tertarik oleh kegiatan kemanusiaan seperti ini. Beberapa waktu lalu saat dirinya masih berada di semester awal hingga pertengahan, Qia sungguh aktif. Nalurinya untuk membantu sesama sangatlah tinggi. Salah satu tujuannya masuk jurusan psikologi juga karena ia ingin bekerja di sebuah Non-Government Organization yang bergerak di bidang kemanusiaan. Ia ingin membantu memperbaiki mental para penyintas.

Entah sejak kapan dirinya tertarik akan kegiatan kemanusiaan seperti ini. Mungkin karena dirinya melihat kedua orang tuanya yang kerap turun tangan membantu sesama maka sedari kecil tertanam sifat tersebut.

"Oke sip. Ngomong-ngomong, kamu nggak jadi pergi? Sudah jam sepuluh kurang lho."

Pergi? Oh shit.

Qia melihat jam tangan di tangan kirinya kemudian mengumpat. Dia lupa bahwa dia sudah berjanji menemani kedua orang tuanya ke sebuah acara pernikahan anak teman papanya yang juga kebetulan adalah temannya semasa SD lalu. Gila, waktu berjalan sangat cepat. Dirinya masih sibuk berkutat dengan berbagai kegiatan kampus sedangkan temannya sudah menemukan jodoh saja. Bukannya Qia iri, hanya saja ia menyayangkan hal tersebut karena baginya masih banyak hal yang bisa dinikmati di masa muda ketimbang menjadi seorang istri.

Qia sadar bahwa itu adalah pilihan masing-masing tapi kalau Qia bisa memilih dia ingin banyak berpetualang terlebih dahulu mencari pengalaman sebelum memutuskan mengikat hidup dengan seseorang.

"Oke, kamu handle semua relawan ya. Maaf banget aku nggak bisa bantu sampai persiapan puncak nanti malam. Tapi aku usahakan bakal ikut pemberangkatan besok, Kok."

Suck It and See (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang