Chapter 23

137K 13.4K 1.2K
                                    

Hai lovelies! Qia dan Aji kembali! Siapa yang kangen?

Yuk yuk jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa. Thank youu ^^

*

Hari ini aku berkunjung ke rumah mertua. Dua hari yang lalu kami dihubungi jika beliau akan menginap di rumah di kota kami selama dua malam. Berhubung paginya aku harus menyelesaikan tanggung jawab sebagai mahasiswa akhir, maka aku izin untuk pergi berpisah dengan Mas Aji. Aku segera menyusul setelah bimbinganku selesai.

Biasanya jika mama mertua mengundangku untuk berkunjung pastilah aku diajak memasak bersama seperti biasa. Aku sudah tidak sabar untuk segera langsung ke rumah mertua.

Setelah bimbingan tak lupa aku membeli dua cup es krim untuk Mas Aji. Namun firasatku mengatakan mama mertua mengundang orang lain karena ada mobil yang tak kukenal parkir di halam rumahnya. Aku mengucapkan salam dan mama menyambutku dengan hangat.

"Bagaimana kabarnya sayang?" tanya mama.

"Baik, Ma," balasku.

"Kebetulan sore ini mama juga ada tamu lain nih. Mama mau kenalin menantunya mama sama temannya mama..."

Wajahku tersipu dibuatnya. Aku sering diperkenalkan sebagai seorang anak namun sekarang aku sudah diperkenalkan sebagai menantu saja.... Sumpah deh, Mama Wirya is the sweetest woman i've ever met selain mamaku sendiri. Kok bisa ada wanita semanis beliau punya anak pahitnya nggak ketulungan....

Aku digiring ke ruang tamu, dan benar firasatku. Di sana sudah duduk tiga orang lain selain papa Wirya juga Mas Aji. Senyumku luntur saat melihat bidadari yang tiba-tiba muncul dari balik dapur mama. Tapi sejujurnya hatiku merasa cemburu melihat wanita itu mengenakan celemek doraemon yang biasanya aku kenakan saat membantu mama memasak.

"Andin... sini dulu, sayang. Kenalin ini Aqilla, istrinya Aji. Dan Qia.... ini Andin, yang pernah mama ceritakan."

Tanpa mama perkenalkan pun aku sudah lama mengenal Andin. Well, mungkin aku yang kenal dia tapi dia nggak kenal aku. Secara aku sering melihatnya riwa-riwi di layar kaca juga aku salah satu orang yang nge-voting Andin di ajang Miss Indonesia dulu. Ingin aku berteriak namun tetap menjaga sikap.

Please Andiiin, aku fansmu, Mbak!

Andin tersenyum ke arahku membuat aku berbunga-bunga melupakan kecemburuanku tentang celemek yang ia kenakan. Perbedaan kasta kami terlalu untuk aku harus merasa cemburu. Aku harus lebih sadar diri....

"Halo, Aqilla. Maaf tidak bisa hadir ke acara kalian karena saya masih ada di luar negeri."

"Oh, nggak apa-apa...," balasku kaku.

Aku bingung harus memanggil Andin apa, Andin? Hm... terlalu sok dekat. Kak Andin? Aku menggeleng, rasanya wajahku nggak seimut itu untuk memanggil Andin dengan panggilan kakak. Mbak Andin? Ya ampun.... Aku bingung!

"Panggil Andin saja,biar akrab. Aku boleh panggil dengan Qia, kan?"

"Oh... iya, boleh-boleh...."

Fiuh, syukurlah Andin berhasil menjawab dilemaku. Setelah berkenalan singkat mama mengajakku untuk bertemu dengan tamu lainnya. Andin izin kembali ke dapur membuatku mengerutkan alis bingung. Sekali lagi aku diperkenalkan mama kepada tiga orang yang tak kukenal. Mereka adalah orang tua juga adiknya Andin.

Setelah menyapa papa, aku izin ke dapur untuk meletakkan es krim yang kupegang sedari tadi.

Di dapur aku melihat Andin tengah menyiapkan makanan bersama mama. Mereka berdua terlihat sangat akrab membuatku cemburu. Aku yang masih berdiri di kulkas pun tak dihiraukan oleh mereka berdua. Ingin masuk nimbrung tapi kesannya awkward banget. Aku berbalik dan berpapasan dengan Mas Aji yang ikut ke dapur.

Suck It and See (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang