Chapter 22

142K 13.6K 1K
                                    

Haaai!!! Jangan lupa vote dan komennya yaaa teman-temaaan

Happy reading!

*

Keesokan harinya aku merasa canggung sekali. Mas Aji sih kelihatan santai banget. Apakah cuma aku yang merasa malu di sini?

Kami memang tak membicarakannya lagi setelah bangun namun aku merasa sikap Mas Aji menjadi aneh. Tadi pagi saja saat aku masak sarapan untuk kami berdua, dia malah berdiri di sampingku sesekali meletakkan tangannya melingkar di pinggulku. Aku mencoba tenang berusaha untuk tidak canggung dengan bertanya jadwalnya hari ini.

Aku mendesah lega saat Mara datang berkunjung menanyakan apakah aku masih punya tomat atau tidak karena ia lupa belanja kemarin. Aku pun seera melepaskan diri dari Mas Aji kemudian memberikan tomat kepada Mara.

"Terima kasih," ucapku merasa lega bisa lepas dari suasana canggung tadi.

"Hah? Kamu sehat? Kan seharusnya aku yang berterima kasih?" tanya Mara.

Mara menatapku dengan curiga dan ternyata perempuan itu sama sekali tak membantu. Aku segera kembali mengusirnya dan ternyata Mas Aji sedang menyiapkan piring sendiri. Kutuangkan nasi goreng ke atas piringnya dan meninggalkan Mas Aji untuk makan sendiri.

"Qia?"

Aku yang merasa dipanggil pun menoleh.

"Ya ada apa?"

"Kamu nggak sarapan sekalian?"

"Nanti dulu deh. Kamu makan dulu aja terus itu mandi cepat biar berangkatnya nggak kesiangan."

Mas Aji tak banyak berkomentar. Ia menundukkan pandangannya kembali fokus pada pirin di hadapan.

Aku yang merasa gerah di pagi hari mandi terlebih dahulu. Benar-benar rasanya aneh banget.... Kenapa bisa Mas Aji terlihat sesantai itu sedangkan aku menahan malu sedari tadi? Saat aku keluar kamar mandi kulihat Mas Aji yang tengah bermain dengan ponselnya.

"Dah, mandi sana."

"YAAAA!!!"

Mas Aji tiba-tiba membuka bajunya tanpa aba-aba membuatku memekik terkejut. Kututup wajahku cepat-cepat. Hilang sudah harga diriku melihat punggung polos Mas Aji. Aku membuka jariku dan menintip dibalik celah jemari. Mas Aji mengerutkan kedua alisnya menatapku.

"Kamu kenapa?"

Aku? Lah, iya ... kenapa aku tiba-tiba teriak kayak gini?

Shoot. Aku harus bilang apa nih?Aku berdehem dulu sebelum mencari alasan. "Ka-kamu kenapa buka baju tiba-tiba gitu? Kan aku kaget!"

"Kan mau mandi," katanya.

"Ya-ya ... kan ... bisa buka baju di dalam kamar mandi."

Mas Aji menggeleng kemudian mengambil handuk kering dari lemari. "Kamu aneh. Padahal biasanya gini juga nggak pernah protes," ujarnya sembari melewati kemudian menutup pintu kamar mandi dari dalam.

Aku yang malu karena bersikap berlebihan hanya bisa merutuki diri sendiri. Kuhentakkan kakiku merasa kesal. Aku kok jadi lebay gini sih? Aku pun segera berpakaian bersiap-siap ke kampus.

Selagi menunggu Mas Aji bersiap, aku pun mengambil piring untuk mengisi perutku sendiri. Mendengar pintu kamar di tutup artinya Mas Aji sudah selesai mandi dan berpakaian tinggal berangkat saja. Aku tak sabar untuk melihat pria itu pergi karena berada di dekatnya sudah membuatku gugup dang CANGGUUUUNG!

Suck It and See (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang