Chapter 27

113K 10.7K 393
                                    

Aku menyuruh Mas Aji untuk masuk terlebih dahulu. Membersihkan tubuhnya kemudian berganti pakaian yang lebih santai sambil aku menyiapkan makan malam kami. Saat aku akan masuk untuk menyusul Mas Aji, seseorang memanggil namaku dan ternyata Mas Yusuf sedang melongokkan kepalanya dari tembok pembatas rumah.

"Ya?"

"Belanjaan ketinggalan di motornya Mara."

Belanjaan? Oh, aku hampir lupa! Wajahku memerah saat Mas Yusuf menenteng kantong belanja bertuliskan Rahasia Viktoria di tangannya. Mas Yusuf terlihat seperti tidak terganggu bahwa yang ditentengnya saat ini adalah pakaian malam seorang wanita. Semoga saja Mas Yusuf tidak sempat membuka isinya dan mengira itu hanyalah make-up atau sesuatu yang tidak memalukan.

Aku menerimanya tanpa bertanya apa pun lagi.

"Qia," Panggil Mas Yusuf sekali lagi sebelum aku beranjak. Meninggalkan tembok pembatas rumah kami.

"Iya?"

"Hari ini Bang Aji benar-benar kecapekan, suruh dia istirahat jangan banyak pikiran."

"Kenapa? Iya, sih. Tadi aku juga sempat lihat kayaknya lesu banget."

Mas Yusuf melihatku ragu-ragu, ia menepuk pundakku dan tersenyum.

"Bukan masalah sih... cuma ya gitu... tapi kamu nggak usah khawatir, bukan sesuatu yang serius. Cuma sedikit salah paham, mungkin?"

Jiwa penasaranku tak puas mendapatkan informasi setengah-setengah seperti ini. Aku memaksa Mas Yusuf untuk menceritakannya. Sedari tadi aku sudah curiga akan sikap aneh Mas Aji. Mas Aji tuh memang pendiam sejak awal, tapi tadi tuh Mas Aji lebih dingin, lesu dan sama sekali tak bersemangat. Bahkan saat aku bercerita tentang kejadian di mall, responnya sungguh datar.

Jadi, wajar dong kalau aku ingin tahu apa yang terjadi padanya. Aku terus mendorong Mas Yusuf untuk bercerita semuanya.

"Aku sama Bang Aji tadi kebetulan lagi ngobrol sama Danyon. Terus tiba-tiba beliau dapat telfon dari putrinya dan bilang kalau .. er ... kamu sama Mara berbuat sesuatu yang kurang menyenangkan. Ya .. sebagai ayah, beliau memberitahu kami untuk mendisiplinkan kalian lebih baik. Danyon juga bilang untuk tidak melibatkan ini kepada kedua orang tua kalian dan sejenisnya."

"Kurang menyenangkan itu bagaimana? Apa yang Arum bilang sama ayahnya?"

"Beliau bilang bahwa kalian mendorong Arum begitu tiba-tiba dan hampir terjatuh dan mengajak tengkar kedua temannya," jawab Mas Yusuf dengan suara pelan.

Aku melongo tak percaya. Secepat itu Arum mengadu pada Bapaknya? Dan Bapaknya melampiaskannya pada suamiku? Ini tidak adil! Kalau Arum bisa ngadu ke bapaknya, aku juga bisa ngadu ke papa!

"Terus?"

"Ya begitu lah. Ban Aji sepertinya kurang suka dengan sikap Arum. Dia yakin kalau kamu atau pun Mara ga mungkin melakukan itu dan seorang ayah pasti mau tak mau akan membela putrinya, begitu juga bang Aji yang ngebelain kamu. Meski pun mereka berbicara dengan nada yang rendah tetapi aku yang berada di sana bisa merasakan bahwa jika tidak dilerai saat itu pasti akan ada konflik karena ... tau lah, posisi orang tua kalian mulai diungkit dan hal-hal yang seharusnya tidak boleh dibicarakan pun terlontarkan."

"Kayak gimana?"

"Ya seperti Aji yang lebih muda dengan cepat mendapatkan posisinya saat ini, kemudian pernikahan kalian yang begitu cepat, juga kemungkinan Bang Aji yang sudah mematahkan hati Arum."

"Aneh banget sih...."

"Aku tahu, itu semua ga benar tapi kan namanya juga orang tua yang sedang ngebela anak. Mereka ga bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah."

Suck It and See (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang