Makan malam sudah siap tinggal menunggu kedatangan papa dan mama, Om Wirya juga sudah pulang dari inspeksinya ke KODAM, kini beliau sedang bermain catur bersama Mas Aji di teras rumah. Aku dan Tante Wirya sedang asik berbincang mengenai kuliahku serta program-program penggalangan dana kami yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.
Tante Wirya memiliki banyak kesamaan dengan mama yang membuatku cepat nyaman berbincang dengan beliau. Selain keduanya suka dengan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, ternyata mereka satu alumni SMA makanya keduanya bisa dibilang cukup dekat. Awalnya aku tidak percaya akan info yang sangat mengejutkan barusan tapi saat tante Wirya menunjukan foto kelulusan SMA Negeri 1 Perjuangan angkatan 90 akupun tercerahkan. Berbeda dengan mama dan papa yang dijodohkan, pasangan Wirya adalah kekasih sejak SMA. Dan takdir mempertemukan mereka kembali, angkatan tahun 90 SMAN 1 Perjuangan, mama, Tante Wirya dan Om Wirya di sebuah lingkungan militer yang sama.
Aku mengernyit malu ketika Tante Wirya bilang beliau sudah tahu banyak tentang aku karena mama sering cerita banyak saat mereka ketemuan, ah memang mama mulutnya ember banget deh.
Perbincangan seru kami harus terhenti karena mama dan papa akhirnya datang. Kucium tangan kedua orangtuaku dan beberapa ciuman di pipi karena aku merindukan mereka. Rumah kami sebenarnya tak jauh dari perumahan TNI ini hanya saja mungkin papa baru selesai mengerjakan sesuatu di kantor makanya baru bisa bergabung sekarang.
"Bagaimana? Kamu nggak nyusahin Tante Wirya kan?" tanya mama yang otomatis membuatku merengut. Ia tak henti-hentinya mencium pipiku. "Ya ampun nggak dong, aku anaknya baik-baik, kok, nggak bandel."
Bibirku tertarik lebar ketika mama mencubit pipiku, kebiasaan mama yang tak kusukai adalah mama suka banget nyubit pipiku sampai sakit. Otomatis bibirku mengerucut sebagai kode bahwa aku tidak suka diperlakukan seperti itu, bukannya minta maaf mama malah menyuruhku untuk kembali masuk membantu Tante Wirya.
Aku hanya bisa tertawa lebar saat tante Wirya mengutarakan kecemburuannya bisa bermanja-manjaan dengan seorang putri, sedangkan putra tunggalnya sudah sebelas dua belas dengan kulkas dua pintu. Bahkan diajak bercanda pun tak bisa.
Perlahan, ruang makan mulai terisi ada Mas Aji yang sedang menyiapkan piring-piring di atas meja. Aku mengecek kembali semua yang ada di meja, kurang gelas dan jus jeruk. Baru aku mau berjalan ke arah kulkas tapi langkahku dipotong oleh pria tinggi tersebut. Ia mengeluarkan jus jeruk dari dalam kulkas. Ada rasa tak mau kalah maka aku memutar kembali langkahku dan bergerak ke arah kabinet bagian atas tempat para gelas kaca disimpan.
Sialnya adalah ternyata letak gelas yang berada sangat dalam, tanganku tak mampu meraih gelas-gelas tersebut, hanya sesekali ujung jariku saja yang bersentuhan dengan permukaan gelas. "Urgh" Benar-benar menyebalkan memang jika harus berurusan dengan dapur yang tidak familiar. Tata letak barang sering tak bisa aku gunakan dengan leluasa. Kurasakan kedatangan seseorang dibelakangku, tangannya yang panjang terbaru dengan mudah mengambil enam gelas sekaligus.
Aku menoleh cepat dengan tatapan kesal. Ini orang punya gangguan berbicara atau bagaimana? sama sekali nggak ada basa-basi. Bukannya aku yang jahat berpikiran demikian tapi bukankah orang normal akan menawarkan bantuan terlebih dahulu seperti berbicara 'Ada yang bisa dibantu?' atau sejenisnya?
Mungkin ia merasa kuperhatikan lekat karena kini pria itu juga menatapku dengan ekspresi datarnya. Aku menggelengkan kepalaku masih bingung akan sikapnya, sudah cukup berinteraksi dengan pria itu. Yang ada aku akan dibuat pusing tujuh keliling disuruh menerjemahkan bahasa kalbunya. Aku terlalu malas meladeni manusia yang tak tahu caranya berkomunikasi dengan normal.
Kupanggil para bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang asik mengobrol heboh di ruang tamu, entah apa yang mereka bicarakan karena urusan orang tua bukanlah urusanku. Aku menarik kursi di sebelah papa tapi tante Wirya melarangku. Beliau menarik sebuah kursi kosong di sebelah Aji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It and See (Complete)
RomanceQia dijodohkan dengan Aji, seorang tentara angkatan darat yang sifatnya sungguh berkebalikan dengannya. Meskipun dituntut untuk segera beradaptasi dalam menjalankan peran barunya, gadis itu pantang menyerah dalam mempertahankan kebebasannya. *** Men...