Tiga bulan kemudian, kini Qia berdiri bersama barisan wanita persit lainnya. Bersama sekawannya, mereka memperhatikan para suami yang sedang berdiri menerima piagam tanda jasa sekaligus piagam kenaikan pangkat.
Aji dan tiga belas orang lainnya kini sedang menjalani upacara kenaikan pangkat di lapangan Kodam setempat. Dipimpim oleh Panglima Komando Daerah Militer, yang merupakan papa Qia sendiri.
Pangdam berpesan, "Pangkat merupakan amanah serta tanggung jawab setiap prajurit. Semakin tinggi pangkat yang melekat pada diri maka semakin besar pula tanggung jawab yang dimiliki oleh prajurit terhadap dirinya sendiri, keluarga, satuan, juga negara tanah air tercinta kita, Indonesia. Junjunglah amanah tersebut, pikullah tanggung jawabmu dengan gagah dan ikhlas. InsyaAllah, Tuhan paling tahu apa yang terbaik untuk umatnya."
Pidato singkat mengakhiri upacara. Barisan di bubarkan.
Qia berjalan cepat menuju suaminya yang menerima jabat tangan dari banyak rekan sejawatnya. Sadar akan kedatangan Qia, Aji izin pamit mendekati istrinya.
Mereka berdua berdiri berhadapan. Tangan Qia terangkat merapikan kerah baju PDH milik Aji. Disentuhnya topi sang suami singkat.
"Nggak kerasa ya Mas, kita sudah melangkah sejauh ini."
Aji mengangguk masih menatap istrinya yang terlihat luar biasa cantik hari ini. Qia yang ditatap sedemikian merona malu. Ia menggandeng tangan suaminya mengalihkan perhatian. Tanpa saling berucap, kaki mereka berhenti di depan tiang bendera. Qia merasa, suaminya ini lebih diam dari biasanya. Tapi tak apalah, itu sudah biasa baginya.
"Kamu tahu lagu kesukaanku?" tanya Qia sambil melirik Aji sekilas dan kembali mengedarkan pandannya menuju prajurit lain yang masih memenuhi lapangan.
"Indonesia Raya?"
Qia terbatuk sangking terkejutnya, perutnya sakit menahan tawa karena jawaban tak terduga suaminya "Kalau itu mah lagu kesukaanmu kali, Mas. Astaga ...."
"Terus apa?"
"Suck It and See," jawab Qia di sela-sela tawanya membuatnya suaranya terdengar sedikit bergetar.
Aji masih sabar menunggu maksud arah percakapan istrinya.
Qia mulai menjelaskan kenapa ia menyukai lagu tersebut.
Suck It and See adalah lagu dari grup band rock asal Inggris Arctic Monkeys. Kalimat itu merupakan slang Inggris yang berartikan "Dicoba dulu, nanti kita lihat hasilnya."
Sama seperti jalan hidup Qia dan Aji. Pernikahan mereka diawali dengan tindakan berisiko, yakni perjodohan. Keduanya adalah dua kutub berbeda yang mencoba untuk menyatukan suara. Qia dan Aji berani mencoba untuk saling memberikan kesempatan melalui pernikahan tak terduga mereka.
"Nah begitu, pernikahan kita itu seperti itu."
"Oh ...." Aji mengangguk paham.
"Ngomong-ngomong, Mas. Aku punya kejutan untuk kamu di rumah."
"Hm?"
"Ada deh. Yuk pulang, anak-anak lainnya pasti udah nungguin bosnya pulang."
Aji tak banyak bicara, ia mengikuti istrinya kemanapun wanita itu membawanya.
Di depan pintu rumah sudah berjejer sepatu PDL yang artinya geng bar-bar sudah sampai dari tadi. Sesuai dugaan, Rafael dan Dimas muncul dari balik dapur mengeluarkan buah yang sudah Qia siapkan kemarin malam dari kulkas. Mara menyiapkan makanan di atas meja yang dibatu oleh suaminya, Yusuf.
Ebeng pun hadir menemani Septian yang sedang bermain balok di depan TV. Rumah Qia sudah layaknya asrama bersama.
Saat Aji semuanya berdiri mengucapkan selamat atas kenaikan pangkatnya. Qia segera ke kamar untuk mencari hadiah untuk suaminya. Ia membongkar laci tapi tak ditemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It and See (Complete)
RomanceQia dijodohkan dengan Aji, seorang tentara angkatan darat yang sifatnya sungguh berkebalikan dengannya. Meskipun dituntut untuk segera beradaptasi dalam menjalankan peran barunya, gadis itu pantang menyerah dalam mempertahankan kebebasannya. *** Men...