Qia berjalan kian kemari di dapur. Menyiapkan sarapan untuk lima orang bukanlah pekerjaan mudah. Ia harus bangun pagi-pagi guna mempersiapkan semuanya.
Terakhir, ia meletakkan telur mata sapi di sebuah piring yang berisikan banyak lauk.
Jam menunjukkan jam lima, ia segera berjalan cepat ke arah kamar. Di sana terlihat Aji baru menuntaskan ibadah subuhnya.
"Mas, bantu bangunin si kembar ya, mereka harus mandi cepet biar kakaknya nggak terlambat."
"Anne sudah bangun?" tanya Aji.
"Sudah, tadi habis sholat aku suruh langsung mandi."
"Hm."
Setelah melipat sajadahnya Aji langsung pergi menuju kamar anak mereka. Genta dan Gana, si kembar identik yang tak terpisahkan. Keduanya sudah menginjak usia sepuluh tahun.
Meskipun mereka lahir bersamaan serta memiliki wajah yang sama tapi kepribadian keduanya sangat jauh berbeda. Genta, bentuk copy-paste dari Qia. Rusuh, cerewet, jagoan sekolah sejak kecil, paling susah diatur. Sedangkan Gana, tak ada satu orang pun yang meragukan kalau Gana adalah replika Aji. Diam, irit berbicara, super-duper dingin. Dan yang paling Qia sesali adalah mengapa anaknya itu menurunkan sifat Aji yang kalau jawab cuma ham-hem-ham-hem.
Aji menepuk pantat Gana pelan membuat anak itu menggeliat di atas tempat tidur. Masih belum puas menatap Gana, sebuah tangan kecil lainnya mengalung dari belakang. Genta memeluk papanya dari belakang.
"Papa, aku izin nggak sekolah ya hari ini," rengeknya dengan nada diimutkan.
"Kenapa?"
"Aku lupa belum ngerjain PR." Genta masih menyandarkan kepalanya pada pundak sang papa.
Aji mengernyit tak suka. Ia paling tidak suka ketika anak-anaknya tidak disiplin seperti ini.
"Bukannya mama sudah suruh kamu ngerjain PR dari dua hari yang lalu? Terus kamu ngapain aja waktu jam belajar?"
"Papa jangan marah ... Genta kelupaan terus ...."
"Dua hari berturut-turut lupa?"
Genta melepaskan pelukannya dari penggung sang papa. Aji masih menatap anaknya yang terlihat akan menangis. Ini bukan pertama kalinya Genta bertingkah sedemikian rupa. Ia pernah minta izin bolos karena alasan sakit perut tapi nyatanya ia tak mau sekolah karena sehari sebelumnya ia bertengkar dengan salah seorang temannya.
Gana yang matanya telah terbuka sedari tadi menatap kakaknya yang menunduk di atas tempat tidur.
"Kakak sudah ngerjain PR-nya kok, Pa," jelas Gana yang mendapatkan lirikan tajam dari saudara kembarnya.
"Sudah?"
"Hm."
Baru Aji ingin menginterogasi anak-anaknya lebih lanjut, Qia muncul dengan omelan tak jelas. Ia menyuruh si kembar untuk segera bangun dan bersiap-siap ke sekolah. Aji segera menggendong Gana di depan disusul Genta yang menggelayut di belakang. Ia membawa kedua anaknya yang sudah tak kecil lagi dengan mudah.
"Dua-duanya sudah besar lho ... masih minta digendong sama papanya," omel Qia yang melihat dua anaknya yang besar bergelayutan pada Aji.
"Qi, masih pagi ... suaranya kecilin lagi."
Genta menjulurkan lidahnya ke Qia membuat wanita itu terkesiap kaget melihat tingkah anak itu.
Qia menatap Aji malas-malasan. Setelah si kembar keluar barulah ia kembali bekerja merapikan tempat tidur sang anak. Itu semua adalah rutinitas Qia setelah menjadi seorang Ibu. Membuat sarapan, merapikan tempat tidur anak-anak mereka. Aji ada untuk menemani si kembar. Memastikan bahwa mereka tidak tidur di kamar mandi atau bermain di kamar mandi terlalu lama. Terkadang jika Qia merasa malas, pria itu dengan senang hati mengambil peran Qia untuk mengurus anak-anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It and See (Complete)
RomanceQia dijodohkan dengan Aji, seorang tentara angkatan darat yang sifatnya sungguh berkebalikan dengannya. Meskipun dituntut untuk segera beradaptasi dalam menjalankan peran barunya, gadis itu pantang menyerah dalam mempertahankan kebebasannya. *** Men...