Rasanya senang sekali saat Mas Aji mengizinkanku untuk mengikuti kegiatan Mega Bakti Sosial (Mega Baksos) yang diadakan oleh salah satu organisasi pemerintahan daerah yang bekerja sama dengan salah satu Non-Governmental Organization (NGO) yang juga pernah bekerja sama denganku dalam beberapa kegiatan kampus.
Memang sih sebagai mahasiswa akhir tahun aku sudah tidak memiliki kewajiban untuk mengikuti atau mengurusi kegiatan seperti ini. Tapi ini seperti panggilan naluriku untuk mengikuti kegiatan sosial. Apalagi aku sudah mengenal beberapa orang di NGO tersebut.
Jika aku tidak terlibat mereka akan bertanya.
“Qia, tumben nggak ikut?”
“Qia sedang sibuk ya?”
“Ini acara besar biasanya Qia bakal join.” dan sejenisnya.
Sebagai salah satu yang tergolong senior aku diberi tugas menjadi pengawas sekaligus yang penyambung informasi pada pihak eksternal. Kali ini aku membawa beberapa perwakilan ibu-ibu persit sebagai perwakilan Kodam IV yang juga mengambil andil dalam pendanaan kegiatan kami. Tapi yang membuatku tidak suka adalah salah perwakilannya adalah Bu Tigor yang notabenenya tidak pandai menutup mulutnya dengan rapat. Tapi sejauh ini aku harus bersyukur setidaknya mereka tidak membocorkan statusku yang sudah menikah.
Mungkin mereka sudah mebuat kesepakatn dengan mama … entahlah, aku juga tidak tahu mengaa mereka sama sekali tidak mengungkitnya. Dan aku beryukur akan hal itu.Ada lagi Kak Axel yang tiba-tiba menjadi seorang humanis dan mendaftar sebagai relawan individu, katanya ia ingin menghabiskan waktu luangnya berbagi dengan yang membutuhkan. Hah, aku tak tahu apakah ia tulus membantu atau tidak karena yang terpenting bagi kami adalah tidak kekurangan pasukan. Mara juga awalnya ingin ikut tapi Mas Yusuf, selaku calon ayah yang kelewat protektif, dengan tegas melarang istrinya yang hamil muda untuk berpartisipasi terlebih pasca kejadian bersama Arum saat itu.
Konsep acara Mega Baksos kami adalah pengabdian kepada masyarakat pasca bencana tanah longsor di salah satu desa terpencil di kaki gunung. Kami berkerja sama dengan banyak organisasi masyarakat untuk penyediaan sarana kesehatan, healing trauma, dan bantuan fisik berupa kebutuhan sehari-hari.
Sudah tiga hari aku di sini bersama relawan lain. Melihat para korban yang tidur berjejer di tenda darurat rasanya membuatku ingin menyerahkan semua yang kumiliki untuk mereka. Kami pun ikut tidur bersama mereka. Istilahnya, merasakan berbagi kesengsaraan. Aku kembali mengecek ponselku, mendesah kecewa karena tak ada sinyal yang kudapat. Sudah tiga hari ini juga aku belum memberi kabar Mas Aji. Semoga saja pria itu tidak lupa memberi makan Jade, kucing kami.
Sejak aku tinggal bersamanya. Mas Aji menjadi malas mengurus Jade. Aku yang lebih sering memberi makan minum juga membersihkan kotorannya. Mas Aji hanya memandikannya saja. Aku tidak bisa melakukannya karena Jade tipe yang cukup ganas jika bersentuhan dengan air.
Pagi ini rasanya sangat berbeda, aku bangun dengan badan yang terasa remuk. Bersiap siaga 24 jam dengan kondisi yang tidak nyaman mengganggu tidurku. Sesekali terpejam kemudian terbangun lagi. Mungkin punggungku sudah mulai merindukan kenyamanan kasur.
"Selamat pagi Aqilla, sudah sarapan?"
Aku menoleh dan menemukan Bu Tigor yang memanggilku dari luar tenda.Aku memberikannya seutas senyum. Mengingat di hari pertama wanita itu terus-terusan lupa untuk tidak memanggilku dengan panggilan “Bu Aji”. Aku terus mengoreksinya untuk terus memanggilku Qia karena jika ada temanku yang mendengar aku dipanggil “Bu Aji” jelas akan menimbulkan sebuah kecurigaan besar.
"Belum, Bu. Bu Tigor juga sudah sarapan? Kalau belum mari kita sarapan bareng," ajakku sambil menggandeng lengan wanita tersebut.
Meskipun beliau sudah berumur, beliau masih lah dianggap junior karena pangkat Pak Tigor tidak lah terlalu tinggi. Terkadang aku risih melihat ibu-ibu yang lebih muda dari beliau tapi berani menyuruhnya untuk melakukan banyak hal. Karena usia Bu Tigor hampir sama dengan mama, aku tetap memberikannya rasa hormat yang layak meskipun pangkat Mas Aji lebih tinggi dari Pak Tigor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It and See (Complete)
RomanceQia dijodohkan dengan Aji, seorang tentara angkatan darat yang sifatnya sungguh berkebalikan dengannya. Meskipun dituntut untuk segera beradaptasi dalam menjalankan peran barunya, gadis itu pantang menyerah dalam mempertahankan kebebasannya. *** Men...