Langkah kaki wanita itu cepat. Sangat cepat hingga Aji tak bisa melihat tamparan keras yang dia dapatkan. Tamparan yang menggema tersebut berhasil menghentikan semua aktifitas orang-orang di sekitar. Mereka menatap dua orang kini yang seg berdiri berhadapan.
Aji tak bisa mengangkat kepalanya. Malu, marah sedih tak bisa ia ungkapkan. semuanya ia utarakan kepada dirinya sendiri. Rasa bersalahnya terlalu besar hingga merasa kata maaf pun tak mampu ia lontarkan. Sama dengan Qia, amarahnya sangat besar hingga rasa rindu yang ia rasakan beberapa bulan ini hilang tak berbekas.
"Kamu!" Satu pukulan lagi Aji terima di tubuhnya. Qia dengan kesabarannya yang kian menipis menghujani Aji dengan pukulan yang pria itu terima dengan diam. Ia layak mendapatkannya setelah apa yang ia lakukan.
PLAK!
Satu tamparan terkahir Qia berikan. Nafasnya berderu kencang sehingga ia tak mampu berdiri dengan tegak lagi. Ajisegera memegangi kedua pundak istrinya agar Qia tidak terjatuh ke atas pasir.
"Qia ...."
"Lepasin! Kamu nggak layak sebut nama aku lagi!" Aji tak mengindahkan perintah Qia, ia menarik tangan wanita itu ke dalam dekapannya. Ia juga rindu, sangat merindukan istrinya. Ia tak memiliki hak untuk pembelaan diri karena ia tahu apa yang telah ia lakukan adalah sebuah kesalahan besar.
Aji tidak punya pilihan. Sungguh ia tidak tahu apa yang terjadi. Ia hanya menjalankan tugasnya dan perintah dari atasannya saja. Aji hanya menjalankan tugasnya. Jika diberi pilihan, Aji juga tidak ingin melakukan hal tersebut tapi jika ia menghindar banyak nyawa yang tak bersalah yang akan gugur.
jika ia menghindar maka sbeuha konflik yang lebih besar juga bisa hadir.
Qia memberontak dalam pelukan Aji. Sekuat apapun Qia mencoba mendorong manusia di depannya tapi kekuatan Aji jauh lebih kuat. Pria itu masih memeluknya dengan erat. Beberapa bulan tak bertemu membuat Aji tak ingin melepaskan figur kecil istrinya. Beberapa bulan Aji merindukan aroma wangi tubuh Qia. Meskipun ia tahu ia salah tapi Aji tetap ingin memeluk tubuh istrinya sekali lagi.
"Lepasin! Aku bilang lepasin!"
"Enggak. Kita harus bicara." titah Aji dengan tegas masih mendekap istrinya yang terus meronta. Qia yang mulai lelah hanya bisa menangis. Tangannya terulur untuk membalas pelukan Aji. Dengan jelas Qia menyumpah serapahi suaminya sendiri walaupun tangannya masih memeluk erat pria itu.
"Kamu manusia paling jahat, dasar brengsek."
"Saya tahu."
"Kamu ... kamu manusia paling egois, biadab, jahanam, nggak tahu aturan, kamu suami terburuk yang pernah aku temui."
"Iya, saya tahu, Qia. saya tahu ... maaf."
Kini Aji bisa memeluk Qia dengan tenang, ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher istrinya, melepaskan rindu yang tak terukur. Qia mencengkeram pakian Aji mengetatkan raghangnya menahan emosi.
"Aku benci sama kamu."
"Saya juga rindu kamu." Qia masih menggeleng di pelukan Aji. Semua orang menatap mereka dengan bingung. Banyak rekan Qia yang tahu kalau status Qia adalah janda muda lalu siapa pria yang dipeluk oleh wanita itu. Apakah almarhum suaminya bangkit dari kubur?
Semua orang sudah akan kembali ke urusannya masing-masing sebelum teriakan keras Aji terdengar merebut kembali perhatian mereka. Qia pergi meninggalkan Aji yang berlutut di tanah kesakitan. Wanita itu berhasil memberikan double kick di tulang kering serta di bagian yang seharusnya tak disentuh. Dimas bertanya kepada Sang Kapten apa dia baik-baik saja. Aji tak bisa menjawab, yang ia lakukan hanya mengerang kesakitan di atas tanah berpasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It and See (Complete)
RomansaQia dijodohkan dengan Aji, seorang tentara angkatan darat yang sifatnya sungguh berkebalikan dengannya. Meskipun dituntut untuk segera beradaptasi dalam menjalankan peran barunya, gadis itu pantang menyerah dalam mempertahankan kebebasannya. *** Men...