Chapter 21

145K 13.9K 1.3K
                                    

Bestie, jangan lupa vote dan komennya yaaa ^^

*

"SELAMAT ULANG TAHUN, BU KAPTEN!!!"

Aku berpura-pura terkesiap, membulatkan kedua bola mataku sambil menutup bibir seakan-akan yang mereka lakukan adalah sebuah kejutan yang sukses. Aku tersneyum lebar ke arah Mara yang menatapku curiga. Aku berjingkat kaget ketika seseorang meledakkan confetti tepat di belakangku. Aku menoleh merasa kesal.

Pemuda yang sebelumnya memperkenalkan diri sebagai Ebeng tertawa lebar meskipun aku sendiri sedang tersenyum. Wajah cerianya berubah kaku saat melihat ke sampingku setelah itu ia berlari terbirit-birit menuju sofa. Kuperhatikan Mas Aji yang masih tetap dengan wajah tanpa ekspresinya.

Aku berbalik menghadap para tamu dengan memasang wajah ceria kembali. "Ya ampun! Ini apa-apaan? Kalian kok tahu kalau aku ulang tahun? Astaga makasih banyak lho."

Mas Aji mengajakku untuk lebih mendekat. Setelah kembali bergabung, aku menyalami mereka satu per satu. Kue yang datang entah dari mana diberikannya kepadaku. Tak lupa lilin kecil berjumlah lima juga telah dinyalakan. Hm ... pasti tadi saat aku ingin mengambilkan minuman, Ebeng berusaha menahanku untuk tidak membuka kulkas karena mereka menyembunyikan kuenya di sana. Dan lima lilin kecil di atasnya adalah lilin yang Mas Aji beli dari minimarket depan. Wow, sungguh sebuah effort yang luar bisa.

Meskipun persiapan yang mereka lakukan sungguh ala kadarnya namun memperhatikan mereka semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Ebeng menyerahkan pisau kue kepadaku untuk bersiap memotong kue setelah meniup lilin tersebut. Mas Aji hanya berdiri diam di belakang tak bersuara. Saat aku tengah memanjatkan pengharapanku di usia baru ini, Ebeng membawa nampan berisikan beberapa gelas serta satu kotak besar jus jeruk membuatku salah fokus.

Mereka bertepuk tangan keras setelah lilin kutiup dan lampu rumah kembali dinyalakan. Sekarang aku bisa melihat lebih jelas wajah-wajah baru yang baru kutemui.

Potongan kue pertama kuberikan kepada Mas Aji, kemudian Mas Yusuf dan ketiga anak baru tersebut baru Mara. Perempuan itu manyun, mungkin merasa tak terima dianak bawangkan.

Setelah acara potong kue kini anak-anak mulai memperkenalkan diri masing-masing. Dua bintara tersebut adalah Rafael dan Dimas, harus kuakui dua orang ini termasuk kategori tampan. Apalagi Rafael yang memiliki mata sipit ala koko-koko chinese. Keduanya memiliki wajah khas oriental dengan kulit putih bersih tidak seperti Mas Aji, Mas Yusuf dan Ebeng yang sangatlah Indonesia dengan kulit sawo matang mereka.

Nah, untuk satu anak Tamtama ini yang bernama Bambang, dia baru berusia 18 tahun, julukan sehari-harinya adalah Ebeng, Boncel, Bocil, Tuyul, dan nama-nama absurb lainnya. Dalam kelompok ini aku langsung tahu jika Ebeng menjadi anak bawang karena sering disuruh-suruh, sebagai prajurit yang baru memulai dan paling bontot ia tidak bisa menolak perintah seniornya.

Aku nggak tahu asal-usul bagaimana bisa terbentuk geng ini. Karena jarak pagkat mereka cukup beragam dan jauh, namun dari yang Mas Yusuf ceritakan mereka berlima ini selalu mendapatkan tugas bersamaan dan Mas Aji sering mentraktir mereka sehingga kebiasaan Dimas, Rafael juga Ebeng sering main ke rumahnya Mas Aji, sebelum menikah. Aku tak perlu menjelaskan banyak tentang Mas Yusuf, mungkin kalau Mas Aji tidak menikah dengan aku atau Mas Yusuf tidak menikah dengan Mara mungkin keduanya sudah menjalin kasih sangking tak terpisahkannya.

Dan ternyata, aku baru ingat bahwa mereka bertiga ini adalah tentara yang pernah aku temui saat Mas Aji mengajakku menikah di rumahnya. Awalnya aku tidak sadar, namun Rafael bilang bahwa mereka sangat terkejut melihat Mas Aji membawa seorang perempuan untuk pertama kalinya ke rumah. Mereka juga sempat datang saat pernikahan kami dulu cumanya aku aja yang nggak terlalu tertarik dengan mereka jadi cepat kulupakan.

Suck It and See (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang