Kini, mata Elraga mulai membuka. Sekarang, yang dia rasakan hanyalah pipinya yang basah dengan tubuhnya yang berdenyut-denyut kesakitan.
Oh, dia masih di ruangan yang sama. Di ruang keluarga, yang bahkan dia merasa tidak ada kekeluargaan di dalamnya. Hanya ada siksaan, cambukan, dan juga kesakitan. Tidak ada. Kini, di ambang pintu ruang keluarga, terdapat mamanya yang baru saja pulang dari butiknya.
Dia terkejut, melesatlah ia ke arah Elraga, yang masih telentang dengan lemas.
"Yaampun, Nak," tuturnya sambil menepuk halus pipinya. "Kok bisa kayak begini, Nak?"
"Telat, Ma," balas Elraga lemas. Dia tidak bisa marah. "Mama telat."
Kini, Elraga melihat mata gelap Mamanya. Di dalamnya, terlihat dengan jelas kerapuhan akan seorang ibu yang melihat anaknya kesakitan. "Di mana yang sakit, Nak? Mama ambilkan obat, ya? Mama minta maaf, cabang butik Mama yang baru dibuka ramai pengunjung, Nak."
Elraga tidak acuh. "Mama telat. Mama selalu telat. Lihat Bapak, dia yang buat Elraga kayak begini, Ma! Mama telat! Mama kenapa nikahin dia sih, Ma?!"
"Maafin Mama, Nak. Bukan bermaksud begitu—"
Elraga kini bangkit. "Mama telat."
Dan kini, Elraga meninggalkan Mamanya yang tengah tergugu sendirian, atas pilihan nasibnya, yang menimpa putra kesayangannya.
***
Maka dari itu, keesokan harinya, kabar itu terdengar lagi.
"ANGGOTA BASKET LO ITU GAADA YANG BERGUNA, ELRAGA. LO MENDING NGUNDURIN DIRI JADI KETUA BASKET, PERGI LO JAUH-JAUH. GAK ADA PRESTASINYA, JELEK!"
"ANJING LO!"
BUGH!!!
Tonjokan itu tepat sasaran, mengenai rahangnya. Ketika Zega membalasnya, dengan sigap Elraga menangkis pukulan itu, dan refleks, Elraga menonjoknya dengan tangan lainnya. Elraga sangat berapi-api sekarang.
BUGH!
Elraga menyeringai, puas. Setidaknya, amarah semalam tersalurkan oleh rintihan kesakitan Zega. Dia bisa melihat bagaimana Zega kesakitan sebagaimana dirinya kesakitan semalam.
Kini, Zega tak mau diam saja. Dia bangkit, meninju wajah Elraga.
BUGH!!
Pipi Elraga terasa berdenyut-denyut sekarang. Matanya juga memburam. Tapi, dia tidak mau kalah sekarang. Dia tidak akan pernah mau kalah. Maka dari itu, Elraga langsung berada dalam fase kemarahan luar biasanya.
Di atas lapangan aspal, dia langsung menerkam Zega. Setelah Elraga berada di atas Zega yang telentang, Elraga langsung meninju wajahnya tanpa ampun, sedikitpun. Sekalian, ia ingin meluapkan semua kemarahannya, kekecewaannya, dan masalahnya pada samsak tinjunya di depan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]
Teen FictionBasket SMA Arubuana terancam dibubarkan! Elraga, sebagai ketua basket, berusaha dengan keras untuk membangun kembali pamor basket SMA Arubuana yang telah redup sebelum-sebelumnya. Bersama dengan Kalamanda, si murid baru, semuanya terasa mudah bagi...