"I'm sorry interupting you. There's call from my parents... I cant decline them. Honestly, I'm worried. Takut ada kabar kenapa-napa dari bokap gue," jelas Kal. "Bokap gue sakit akhir-akhir ini."
Elraga mengangguk tersenyum, "Gak apa-apa."
Dan sejauh ini, Elraga baru menyadari betapa misteriusnya gadis di depannya ini. Gadis yang menyuburkan kembali rasa cintanya.
Gadis yang ia cintai.
Sesedikit yang Elraga tau, Kal adalah gadis pindahan. Tapi dia pindah sendiri, tidak bersama orang tuanya. Dia berasal dari Surabaya. Elraga memang akui, kadang masih ada aksen-aksen medok dari dirinya, dan juga aksen sedikit English.
Elraga paham. Kal terlihat dari golongan menengah ke atas. Spekulasi terkuatnya, pasti Kal bersekolah di Sekolah Internasional, sekolah mahal dengan fasilitas yang menunjang. Tapi kalaupun begitu, kenapa dia rela pindah ke sekolah Elraga, yang notabenenya sekolah biasa saja?
Tapi setidaknya, dering telepon tadi menyibak sedikit kemisteriusan Kal. Dia adalah anak dari keluarga yang harmonis. Nyatanya, dia masih mengkhawatirkan orang tuanya, atau setidaknya orang tuanya masih meneleponnya.
Hubungan yang akur.
Elraga tidak pernah mendapatkan telepon dari bapaknya, dia juga tidak berharap, sih. Paling, yang rajin menelepon adalah mamanya. Dan Elraga tidak suka itu. Mamanya pengganggu baginya, hanya memunculkan luka batin dengan bapak barunya.
"Gue tau, pasti itu berat banget. Rasa benci ke ibu lo sendiri, ya kan, El?" tanya Kal penuh pengertian. Ada tatap matanya yang seakan-akan mengelus hati kecil Elraga, membuatnya nyaman. Dan, seketika, dia membendung air matanya.
Sial, dia cowok yang jarang menangis. Bahkan cenderung tidak pernah. Tapi kenapa, hanya dimengerti oleh Kal, seakan-akan dia ingin menangis dan memeluk Kal, serta menceritakan semuanya. Termasuk perasaannya.
Tapi dia tidak bisa, dia tidak ingin. Dia menelan kembali niatannya.
"Gue hanya bisa berharap, semoga lo sama ibu lo bisa baikan suatu saat nanti. Karena, rasa benci ke ibu sendiri tuh... bikin sebel gak sih? Mau benci, tapi dia ibu sendiri, ketemu setiap hari. Rasa ke bapak juga, sama. Gue ngerti, El. Pasti berat banget jadi lo," Kal menepuk pundak Elraga dengan kuat. "Gue yakin, Tuhan ciptain semua cobaan ini karena kedua pundak lo ini lebar, dan kuat."
Elraga tahu, Kal tidak relevan dengan permasalahan keluarganya. Tapi, Kal berusaha mengerti. Hal ini terlihat jelas lewat matanya, dan juga tutur bahasanya. Dan sialnya, sejak kali itu, Elraga merasakan perasaan yang lebih membuncah dari sebelum-sebelumnya.
***
H-1 DBL.
Ini hari Minggu, basket juga tidak mengadakan latihan. Kata Coach Ali, "Kalian perlu stamina yang kuat, makanya besok, hari Minggu, kalian bener-bener restday. Jangan sparing, atau latihan sama sekali. Kalo misalnya kalian maksa, kalian malah capek pas hari H, dan performa kalian ilang begitu aja. Paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]
Fiksi RemajaBasket SMA Arubuana terancam dibubarkan! Elraga, sebagai ketua basket, berusaha dengan keras untuk membangun kembali pamor basket SMA Arubuana yang telah redup sebelum-sebelumnya. Bersama dengan Kalamanda, si murid baru, semuanya terasa mudah bagi...