40. Sepucuk Surat untuk Elraga

31 3 0
                                    

happy reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading!!

***

"Fokus Elraga, fokus!" tutur Coach Ali sambil menepuk pundak Elraga berkali-kali. "Besok kita udah final perlombaan, El. Lo harus fokus, kata lo, ini kesempatan satu-satunya yang lo punya kan buat bangun eskul basket lo, El?!"

Elraga mengangguk. "Iya Coach. Maaf."

Elraga tidak bisa fokus sedari tadi, bidikannya terus meleset. Kalian sudah bisa menebak kenapa pasti. Iya, pikirannya kalut, dan kusut. Hanya ada Kal dan ketidak jelasannya yang mengisi relung-relung pikirannya. Kenapa tiba-tiba Kal pergi, di mana ia, dan kenapa? Apa alasannya?

Elraga tidak bisa telusuri itu. Dan jelas, itu menyisakan tanda tanya besar. Sejujurnya, sejak kedatangan Kal di sini, tidak ada yang mengetahui dengan jelas bagaimana kehidupan sebelumnya.

Yang ia tahu, Kal hanyalah anak pindahan dari Surabaya yang tajir melintir. Sudah, itu saja. Sisanya, hanya dirinya yang tahu. Tapi, ada bayang teka-teki yang terselip di dalam dirinya. Entah kenapa, tatapan dan binar matanya beberapa kali menyiratkan kegetiran kepada Elraga, dengan hal yang ia sendiri tidak tahu apa.

Ia berharap, ia akan tahu setelahnya.

"Let's go, one more round!"

Prit!!!

Babak latihan kini dimulai kembali, dengan Elraga yang sudah menenangkan dirinya sendiri.

***

"Sialan banget, gue lupa bawa kunci rumah," keluh Zega sambil menendang batu di jalanan sekolah. Dia tadinya sudah pulang, tepat berada di depan pintu rumahnya. Tapi, dia merasakan ada yang janggal, kunci pintunya hilang!

Ketika diingat lagi, dia menaruhnya di kolong meja kelas. Jadi, mau tidak mau, dia harus pergi ke sana.

Meskipun seram, tapi tidak lebih seram Zega yang tidur di luar rumah semalaman.

Ketika dia berjalan, dia mendengar ada suara endapan kaki dan juga bisik-bisik yang membuaut bulu kuduknya merinding. Dia bisa saja lari, tapi pasti pertanyaan besar itu akan selalu ada, kan?

Maka dari itu, dengan nekat, Zega mengendapkan dirinya, menyusuli sumber suara itu. Dan mencari tahu, apa sekiranya yang ada di sana?

***

Latihan panjang itu akhirnya selesai. Mereka pulang cukup malam. Tadi, sebelum mereka pulang, seluruh pemain basket diharapkan untuk duduk melingkar di tengah-tengah lapangan, lalu memulai sesi obrolan. Dan perlahan, obrolan itu mengalir.

"Gue minta ke kalian semua, jangan dibawa stress. Perlombaan ini emang atmosfirnya berat. Tapi kalian sudah bisa berjuang ke tiga besar, itu berarti kalian sudah hebat. Gue sangat apresiasi itu."

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang