16. Elraga dan Harapan

28 8 0
                                    

            Kini, selebaran kertas pengumuman telah terdistribusikan secara merata hingga ke sepenjuru sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini, selebaran kertas pengumuman telah terdistribusikan secara merata hingga ke sepenjuru sekolah. Kal melihat kertas itu, membacanya dengan saksama. "Wih, classmeeting, nih, lusa?" serunya. "Lombanya banyak juga."

"Iya, emang gitu biasanya, dari tahun ke tahun. Lo mau ikut lomba apa?" tanya Melina.

Kal mengedikkan bahunya. "Gak mau. Gue mau jadi penonton aja. Udah sana, lo ikut lomba modelling. Cocok banget sama lo."

Di selebaran lomba itu, terdapat banyak sekali cabang lomba. Mulai dari lomba menyanyi, modelling, memasak, sepak bola, dan sebagainya.

Tapi satu hal yang Kal prihatinkan adalah, di antara banyaknya cabang lomba, tidak ada lomba basket sama sekali di sana. Keningnya sekarang mengerut, membayangkan apa perasaan Elraga begitu ia melihat selebaran perlombaan ini.

"Kenapa, Kal?" tanya Leona. "Kayaknya lo agak galau."

"Mmm, gue cuma mikir. Ini lombanya lengkap banget, sampe bulu tangkis juga ada. Tapi, kenapa enggak ada basketnya, ya?"

"Lo mikirin Elraga, ya?"

"CIE KAL!!!"

"SUIT SUITTT, BESOK MAU NIKAH MAKE ADAT APA, KAL?"

"SUTTT, jangan aneh-aneh sial. Nanti kesebar rumor yang enggak-enggak. Gue gak suka sama Elraga! Lagian, gue juga cuma nanya. Kenapa sih, basket selalu dikaitin sama Elraga?" desak Kal dengan sedikit kesal. Sungguh, sejauh ini dia tidak ada perasaan jatuh cinta sedikitpun kepada Elraga.

Baginya, Elraga itu menyebalkan.

"Ini mah udah biasa, Kal," jelas Leona bijak. "Dulu kelas sepuluh, eskul basket itu rame. Paling rame malah. Dulu gue inget banget sampe diadain seleksi ketat buat para calon anggota. Dan kalau classmeet, lomba basket itu paling digandrungi. Tapi, sejak adanya kasus dari Kak Chandra, basket udah ilang kredibilitasnya. Dan di kelas sebelas gue, perlombaan basket udah gak ada lagi."

"Jadi, ini Raisa, Kal," tandas Melina.

"Raisa?"

"Kali kedua." 

Maksud Melina adalah, ini kali kedua basket sudah ditiadakan.

"MELINA ANJIR!!!!"

Sementara itu, di dalam benak Kal, hanya Elraga yang dipikirkan. Apa perasaannya?

***

"Oh, sekarang classmeet?" Hanya itu yang Elraga respons dari keantusiasan warga sekolah. Jelas, dia kecewa. Terhadap Bang Chandra yang menghancurkan kredibilitas basket, terhadap anggota-anggota basket yang tercerai berai, dan juga terhadap dirinya. Kenapa masih belum bisa membangun eskul basketnya seperti sedia kala.

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang